GenPI.co - Riset terbaru berjudul ThinkWithHypefast yang dilakukan Hypefast pada September 2024 menunjukkan ada sejumlah hal yang masih harus ditingkatkan local brand (merek lokal), khususnya dalam memperluas basis pelanggan.
Melalui riset yang dilakukannya, Hypefast berupaya menyoroti preferensi konsumen dalam memilih serta tantangan yang dihadapi local brands.
Berdasarkan hasil riset Hypefast, sebanyak 90 persen responden telah berbelanja local brand pada tiga bulan terakhir.
Pada saat bersamaan, sebanyak 70 persen responden mengaku secara aktif mencari local brand ketika melakukan pembelian.
Sebanyak 20 persen di antaranya selalu memilih local brand. Sementara itu, sisanya masih mempertimbangkan local brand.
Berdasarkan kategori produk, fashion menjadi yang paling populer lantaran dicari 90 persen responden.
Peringkat kedua ditempati produk kecantikan, seperti perawatan kulit dan kecantikan.
Setelah itu, disusul produk alas kaki pada peringkat ketiga dengan masing-masing sebanyak 60 dan 50 persen responden.
CEO dan Founder Hypefast Achmad Alkatiri mengatakan pelanggan mendapatkan informasi brand atau produk lokal paling banyak dari media sosial. Pilihan saluran belanja 98 persen responden ialah loka pasar atau marketplace.
Walaupun demikian, offline store juga masih menarik. Sebanyak 70 persen responden mengatakan berbelanja secara luring masih menjadi pilihan yang disukai.
Hypefast juga menemukan bahwa hal paling signifikan pada local brand ialah kurangnya pengenalan brand.
Sebanyak 60 persen responden menyebut hal itu menjadi tantangan utama. Ketidaktahuan konsumen itu kerap menimbulkan keraguan ketika memutuskan berbelanja.
Achmad menuturkan local brand punya keunggulan dari sisi harga yang menurut 85 persen responden lebih kompetitif.
Selain itu, 49 persen responden menilai local brand lebih sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dia menjelaskan hal ini disebabkan karena local brand dinilai lebih selaras dengan budaya, selera, dan tren masyarakat.
"Sentuhan lokal ini membantu para pelaku usaha terhubung lebih baik dengan pelanggan dengan cara yang sering kali tidak dapat dilakukan oleh brand global atau brand besar," jelas Achmad Alkatiri.
Dengan memenuhi preferensi dan menyelaraskan produk mereka sesuai dengan keinginan konsumen, local brand di bawah naungan Hypefast dapat berkembang dengan pesat.
Misalnya, Nyonya Piyama dan Koze telah menyesuaikan ukuran pakaian dengan bentuk tubuh konsumen lokal.
Di kategori beauty, salah satu kunci keberhasilan Luxcrime dapat bersaing adalah dengan memperhatikan variasi shades dan warna yang lebih inklusif.
Luxcrime berusaha menciptakan produk yang relevan untuk semua jenis kulit konsumen Indonesia.
Ketika memutuskan membeli produk, pelanggan mempertimbangkan kualitas, harga yang terjangkau dan keunikan produk. Praktik etis dan dukungan komunitas juga diapresiasi pelanggan.
Faktor yang kerap menimbulkan keraguan dalam pembelian ialah kualitas yang buruk terutama jika harga terlalu mahal. Alasan lainnya ialah desain tiruan, layanan yang buruk dan kurang transparansi, serta pembelian yang rumit.
"Dari sisi teknis, 45 persen responden berharap produk lokal bisa meningkatkan kualitasnya untuk dapat bersaing lebih baik lagi dengan produk internasional. Hal ini yang sebaiknya terus diprioritaskan oleh produsen lokal," tutur Achmad Alkatiri. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News