GenPI.co - Konglomerat Rusia bisa menghadapi pajak penghasilan yang lebih tinggi, menurut proposal yang diajukan Kementerian Keuangan negara itu pada Selasa.
Dilansir AP News, proposal tersebut yang mungkin harus melalui parlemen untuk mendapatkan persetujuan dan kemudian ditandatangani oleh Presiden Vladimir Putin, muncul ketika Rusia terus menghabiskan banyak uang untuk kampanye militer di Ukraina.
Proposal tersebut melibatkan pajak progresif atas pendapatan pribadi dan mewakili perubahan arah dari pajak tarif tetap yang berlaku saat ini yang dianggap dapat menertibkan dan meningkatkan pengumpulan pajak setelah diperkenalkan pada tahun 2001.
Rencananya akan mengenakan pajak sebesar 13% untuk pendapatan hingga 2,4 juta rubel (USD 27.000) per tahun.
Untuk pendapatan di atas jumlah tersebut, tarif pajak yang makin tinggi akan berlaku.
Pajak maksimumnya adalah 22% untuk pendapatan tahunan yang melebihi 50 juta rubel (USD 555.000).
Kenaikan pajak hanya akan berdampak pada 3,2% populasi pekerja Rusia, Menteri Keuangan Anton Siluanov mengatakan di situs kementerian.
Tingkat gaji sebesar 2,4 juta rubel adalah sekitar tiga kali lebih tinggi dari rata-rata gaji di negara tersebut, katanya dalam sebuah komentar.
“Skala progresif yang diusulkan seharusnya tidak menjadi perhatian mayoritas penduduk,” katanya.
Pajak tetap sebesar 13% diberlakukan sebagai upaya untuk mencegah penghindar pajak dan meningkatkan pendapatan negara.
Pada tahun 2021, Rusia memodifikasi sistemnya sehingga orang yang berpenghasilan lebih dari 5 juta rubel per tahun akan membayar 15% dari jumlah di atas ambang batas.
Pajak baru tersebut menghasilkan tambahan 8,3 miliar rubel pada tahun pertama diberlakukan, situs berita bisnis Rusia RBC melaporkan. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News