Jepang Catat Defisit Perdagangan untuk Tahun Fiskal Ketiga Berturut-turut

18 April 2024 19:40

GenPI.co - Jepang mencatat defisit perdagangan untuk tahun fiskal ketiga berturut-turut karena biaya energi dan impor lainnya meningkat dan yen tetap lemah.

Dilansir AP News, defisitnya mencapai 5,89 triliun yen (USD 38 miliar) untuk tahun fiskal yang berakhir pada bulan Maret, menurut data Kementerian Keuangan yang dirilis Rabu.

Defisit perdagangan terbesar terjadi di Timur Tengah, terutama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, serta Australia dan Indonesia.

BACA JUGA:  Keluarga Kekaisan Jepang Debut Resmi di Instagram untuk Menarik Generasi Muda

Jepang mengalami surplus perdagangan dengan Amerika dan beberapa negara Eropa.

Ekspor tahunan ke China sedikit merosot, turun untuk pertama kalinya dalam empat tahun, meskipun data bulanan terbaru menunjukkan ekspor ke Tiongkok pulih, tumbuh 12% dari tahun sebelumnya.

BACA JUGA:  Kunjungi Pabrik Chip Baru, Perdana Menteri Jepang Tekankan Hubungan dengan Taiwan

Robert Carnell, kepala penelitian regional Asia-Pasifik di ING Economics, mengatakan kuatnya ekspor terkait teknologi menjadi penyebab lonjakan ekspor ke China, dan mencatat bahwa ekspor juga meningkat ke wilayah lain.

“Kami pikir ekspor akan menjadi mesin utama pertumbuhan dalam beberapa bulan mendatang,” katanya dalam sebuah laporan.

BACA JUGA:  Joe Biden Bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Soal Kesepakatan Baja

Penurunan nilai yen Jepang baru-baru ini mempengaruhi neraca perdagangan, karena biaya impor dalam yen lebih besar dan meningkatkan nilai ekspor ketika dikonversi ke yen.

Dolar AS diperdagangkan di atas 150 yen baru-baru ini, naik dari 130 yen pada tahun lalu.

Data untuk bulan Maret, yang juga dirilis pada hari Rabu, menunjukkan Jepang mencatat surplus perdagangan sebesar 366,5 miliar yen (USD 2,4 miliar), karena ekspor tumbuh 7% dari tahun lalu, sementara impor menurun hampir 5%.

Ekspor ke AS pada bulan Maret tumbuh lebih dari 8%. 

Defisit perdagangan pada tahun fiskal 2023 jauh lebih kecil dibandingkan defisit perdagangan pada tahun fiskal 2022, ketika perekonomian terpukul oleh perang di Ukraina dan harga energi melonjak.

Jumlah tersebut hampir sama dengan yang tercatat pada tahun fiskal 2021. Jepang mengalami surplus perdagangan pada tahun fiskal 2020.

Pembatasan sosial terkait pandemi virus corona menjadikan pengamanan suku cadang, termasuk chip komputer, menjadi sebuah tantangan, sehingga menghambat produksi dan ekspor Jepang. Namun permasalahan seperti itu perlahan-lahan mereda.

Berdasarkan kategori produk, Jepang mengimpor makanan, sementara mengekspor mobil, suku cadang mobil, dan mesin listrik.

Pariwisata inbound sedang booming, yang secara statistik dianggap sebagai ekspor. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co