GenPI.co - Bursa saham Amerika Serikat (AS) di Wall Street anjlok pada Rabu (18/5) waktu setempat.
Pasalnya, laporan kuartalan yang suram dari emiten ritel besar memicu kekhawatiran tentang dampak inflasi.
Dilansir dari Xinhua, Kamis (19/5), Dow Jones Industrial Average jatuh 1.164,52 poin, atau 3,57 persen, menjadi 31.490,07.
Itu menandai penurunan persentase harian terburuk sejak Juni 2020, menurut Dow Jones Market Data.
S&P 500 turun 165,17 poin, atau 4,04 persen, menjadi 3.923,68, juga membukukan penurunan harian terburuk sejak Juni 2020.
Indeks Komposit Nasdaq merosot 566,37 poin, atau 4,73 persen, menjadi 11.418,15.
Sebelas sektor S&P 500 berakhir di zona merah, dengan konsumen nonprimer dan bahan-bahan pokok masing-masing merosot 6,6 persen dan 6,38 persen, memimpin penurunan.
Saham Target jatuh hampir 25 persen setelah perusahaan ritel AS itu melaporkan hasil kuartalan yang jauh dari ekspektasi Wall Street.
Penurunan hasil pendapatan akibat beban biaya yang meningkat di bidang-bidang pengiriman dan inventaris melonjak.
Ini mengikuti laporan laba Walmart yang lebih rendah dari perkiraan. Saham Walmart merosot 6,8 persen pada Rabu (18/5) menyusul penurunan 11 persen di sesi sebelumnya.
Hasil kuartalan yang buruk di sektor ritel menambah kekhawatiran investor tentang inflasi yang menjulang.
Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell menekankan tekad bank sentral AS untuk menekan inflasi terpanas dalam beberapa dekade.
Powell mengatakan The Fed akan terus menaikkan suku bunga sampai ada bukti yang jelas dan meyakinkan bahwa inflasi menurun.
Awal bulan ini, The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin, kenaikan suku bunga tertajam sejak tahun 2000.
Bank sentral AS itu mengisyaratkan kenaikan dengan besaran yang sama pada beberapa pertemuan berikutnya.
Investor khawatir bahwa bank sentral dapat menyebabkan resesi jika menaikkan suku bunga terlalu tinggi atau terlalu cepat.
"Sentimen dan kepercayaan investor tetap goyah, dan sebagai hasilnya, kita cenderung melihat pasar yang bergejolak dan berombak," kata analis di UBS dalam sebuah catatan.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News