GenPI.co - Harga sawit atau crude palm oil (CPO) turun tipis pada Rabu (6/4) seiring ketidakpastian stok di pasar global.
Pelaku pasar terus mencermati dampak yang ditimbulkan atas sanksi baru terhadap Rusia sehingga kekhawatiran terkait stok minyak nabati di pasar makin besar.
Kontrak sawit untuk pengiriman Juni di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup turun MYR 7 atau 0,12 persen menjadi MYR 5.908 (USD 1.402,33) per ton.
Refinitiv, lembaga riset komoditas mencatat saat ini terjadi gangguan perdagangan minyak biji bunga matahari di wilayah Laut Hitam.
Selain itu, Indonesia telah menghapus kewajiban domestic market obligation (DMO) untuk CPO.
Dua isu tersebut diperkirakan positif untuk stok minyak sawit di pasar global.
Refinitiv menilai pengiriman minyak sawit dari Indonesia dan Malaysia akan naik dalam waktu dekat.
"Ini diimbangi dengan peningkatan produksi yang secara bertahap meningkat secara musiman," ujarnya.
Kepala penelitian perkebunan di CGS-CIMB Research Ivy Ng memperkirakan stok minyak sawit Malaysia akhir Maret naik 2,8 persen menjadi 1,56 juta ton secara mtom.
Realisasi itu 20 persen di bawah rata-rata historis 10 tahun pada periode yang sama. Hal ini menandakan pasokan sawit makin ketat.
Sementara itu, harga minyak mentah melonjak seiring sanksi baru terhadap Rusia.
Minyak mentah yang mahal membuat sawit menjadi pilihan yang lebih menarik untuk bahan baku diesel.
Kontrak soyoil teraktif Dalian naik 3 persen sementara kontrak minyak sawitnya menguat 4 ersen setelah penutupan dua hari.
Harga kedelai di Chicago Board of Trade naik 0,6 persen. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News