GenPI.co - Keputusan PT Pertamina (Persero) menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax menjadi Rp 12.500 per liter direspons positif berbagai pihak.
Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menuturkan harga minyak mentah dunia sudah di atas USD 100 per barel.
Jika tidak dinaikkan, beban keuangan Pertamina bertambah dan bisa membuat rugi perusahaan.
"Harga Pertamax harus dinaikkan mengingat harga minyak dunia sudah mencapai USD 130 dolar per barel," katanya, Jumat (1/4).
Dia mengatakan harga Pertamax sudah sewajarnya ditentukan lewat keekonomian pasar. Produk BBM itu juga diketahui bukanlah bahan bakar penugasan atau subsidi.
Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga keekonomian Pertamax mencapai Rp 14.526 per liter dan bisa lebih tinggi di Rp 16.000 per liter.
Fahmy mengakui kenaikan harga Pertamax berpeluang memicu inflasi. Namun, dia memastikan kontribusinya akan kecil sekali.
Dia beralasan konsumen pengguna Pertamax hanya sekitar 14 persen dari total konsumsi BBM nasional.
Oleh karena itu, dia mewanti-wanti Pertamina tidak menaikkan harga Pertalite.
Pasalnya, produk bahan bakar itu menyumbang 83 persen dari konsumsi BBM nasional. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News