GenPI.co - Founder Surplus Indonesia Muh Agung Saputra mengatakan, aplikasi Surplus hadir untuk mengubah kebiasaan membuang makanan berlebih.
Sebab, makanan berlebih yang terbuang akan menjadi limbah pangan. Padahal, makanan tersebut masih bisa punya nilai manfaat, termasuk mendatangkan uang.
Agung mengatakan, saat ini ada sekitar seribu pelaku usaha yang tergabung ke dalam aplikasi Surplus. Mereka terdiri dari pelaku UMKM, restoran, hotel, dan sebagainya.
“Tahun ini harapannya bisa naik menjadi tiga ribu pelaku usaha dan pengguna aplikasinya bisa 50 ribu,” kata Agung kepada GenPI.co, Kamis (3/2).
Lantas, apa itu sebenarnya aplikasi Surplus? Agung mengatakan, para pelaku usaha yang masih memiliki makanan berlebih bisa menjual makanan tersebut ke konsumen melalui aplikasi Surplus.
Menurut dia, mekanisme penjualan ini mirip happy hour. Jadi, pelaku usaha bisa menjual makanan berlebih dengan harga murah, alih-alih hanya dibuang begitu saja.
Namun, Agung menyebut makanan yang dijual ini dijamin masih aman dan layak dimakan.
“Misal, dijual 50 persen di jam-jam tertentu saja saat penjual akan tutup toko,” katanya.
Aplikasi ini juga sudah bekerja sama dengan ojek online serta berbagai bentuk pembayaran, seperti OVO, ShopeePay, Dana, Gopay, hingga Surplus Pay, sehingga lebih nyaman digunakan.
Agung mengatakan, aplikasi ini sudah banyak membantu para pelaku usaha untuk tidak rugi karena membuang makanan mereka.
Dia mencontohkan, ketika ada pelaku usaha yang punya sisa 10 makanan, sedangkan harga 1 pcs sekitar Rp 5 ribu.
Artinya, dalam satu hari ada Rp 50 ribu dan satu bulan ada Rp 1,5 juta kerugian.
Namun, ketika mereka menjual setengah harga di Surplus, mereka bisa menyelamatkan Rp 750 ribu, alih-alih rugi penuh.
Agung mengatakan, pihaknya juga akan berusaha memaksimalkan promosi kepada konsumen dengan cara mengirim notifikasi setiap merchant ketika menjual makanan berlebih kepada user Surplus di sekitarnya
Dia mengatakan, setiap penjual mengunggah makanan, maka otomatis konsumen yang berada di radius lima kilometer akan mendapatkan notif promosi.
“Alhasil, pembeli pun aware dengan barang yang lagi diskon,” katanya.
Dengan konsep seperti ini, Agung berharap limbah pangan dari industri makanan bisa berkurang.
Di samping itu, para pelaku usaha juga bisa tersenyum lega karena tidak rugi 100 persen dari makanan sisa tersebut.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News