GenPI.co - Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia Prijono memaparkan potensi ekonomi syariah di Indonesia pada 2022 dan bagaimana BI berusaha memaksimalkan hal itu.
Prijono mengatakan bahwa Indonesia Halal Markets Report 2021/2022 melaporkan PDB nasional berpotensi untuk ditingkatkan sebesar 5,1 miliar USD dari ekonomi syariah.
“Ada tiga hal yang dapat ditingkatkan, yaitu dengan mendorong pertumbuhan ekspor produk halal, Foreign Direct Investment (FDI), dan substitusi impor,” ujarnya dalam webinar “Sharia Economic and Finance Outlook 2022”, Jumat (24/12).
Pertama, Indonesia harus dapat meningkatkan ekspor produk halal, terutama ke negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
“Peluang ekspor itu sebesar 3,85 miliar USD, baik negara OKI maupun non-OKI. Tak hanya dari makanan, fesyen muslim dan kosmetik halal juga berpotensi,” ungkapnya.
Kedua, Indonesia tengah dituntut untuk melakukan substitusi bahan baku impor dengan sumber daya lokal. Hal tersebut membuka pasar baru bagi bahan baku halal.
“Peluang ini dapat dimanfaatkan oleh industri makanan, kosmetik, dan farmasi halal,” tuturnya.
Ketiga, Indonesia berpotensi untuk menarik sekitar 40 sampai 50 persen investasi luar negeri dalam mengembangkan kapasitas ekspor industri halal nasional.
“Ekspor produk halal Indonesia ini mencapai sekitar 18 miliar USD,” tuturnya.
Lebih lanjut, Prijono mengatakan bahwa BI sudah memiliki cetak biru Kebijakan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah sejak 2016.
Ada tiga pilar yang membangun cetak biru itu, yaitu pemberdayaan ekonomi syariah, pendalaman pasar keuangan syariah, serta penguatan riset, asesmen, dan edukasi.
“Sejak 2016, kami membangun pondasi dan memperkuat program. Lalu, kami mulai melakukan implementasi nasional pada 2023 hingga 2025 sesuai dengan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI),” katanya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News