GenPI.co - Perekonomian Jawa Barat pada triwulan III 2021 mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 3,43 persen (yoy), melambat dibandingkan triwulan II 2021 yang tumbuh sebesar 6,13 persen (yoy).
Angka pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 3,51 persen (yoy).
Tertahannya akselerasi perbaikan ekonomi Jawa Barat pada triwulan III 2021 akibat menurunnya aktivitas ekonomi sebagai dampak dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 untuk mengantisipasi penyebaran kasus covid-19 varian Delta yang memiliki laju penularan lebih cepat.
Kepala Bank Indonesia Jawa Barat Herawanto mengatakan, dari sisi permintaan, pengereman mobilitas berdampak pada tertahannya konsumsi masyarakat yang memiliki kontribusi hingga 63 persen terhadap perekonomian Jawa Barat.
Konsumsi rumah tangga melambat paling dalam menjadi 0,04 persen (yoy), dari sebelumnya sebesar 5,63 persen (yoy) pada triwulan II 2021.
"Permintaan global juga melambat seiring dengan peningkatan kasus covid-19 varian Delta yang terjadi baik di negara maju maupun negara berkembang sehingga berdampak pada kinerja ekspor Jawa Barat yang sedikit melambat menjadi 23,31 persn (yoy) pada triwulan III 2021," ujarnya, Sabtu (6/11/2021).
Penurunan permintaan global juga terkonfirmasi dari Purchasing Managers’ Index (PMI) negara mitra dagang yang menurun rata-rata sebesar 0,41 basis poin.
Kondisi yang sama juga terjadi pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang merepresentasikan kinerja investasi.
Sesuai dengan rilis data oleh BKPM bahwa realisasi investasi di Jawa Barat kembali menurun pada triwulan III 2021 sejalan dengan tertahannya prospek perbaikan ekonomi sehingga investor cenderung wait and see.
Dari sisi lapangan usaha, perlambatan kinerja terjadi hampir pada seluruh sektor antara lain sektor industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi seiring dengan pembatasan operasional usaha selama periode PPKM Level 4 berlangsung.
Sektor industri pengolahan yang memiliki share sebesar 42 persen terhadap perekonomian Jawa Barat juga tidak dapat memaksimalkan kapasitas produksi karena izin operasional hanya diberikan pada industri berorientasi ekspor selama Juli - Agustus 2021.
Pada sektor perdagangan, penurunan kinerja juga terkonfirmasi oleh rata-rata Indeks Penjualan Riil dari hasil Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia yang mengalami penurunan menjadi 152,8 di triwulan III 2021.
Adapun sektor konstruksi juga terdampak seiring dengan berkurangnya hari kerja efektif sehingga optimalisasi pembangunan proyek konstruksi terhambat.
Hal ini juga tercermin pada pertumbuhan penjualan semen yang melambat di triwulan III 2021 menjadi 2,16 persen (yoy).
Di sisi lain, kinerja sektor pertanian tercatat meningkat seiring dengan memasuki musim panen khususnya untuk subsektor perkebunan dan kehutanan sehingga menahan perlambatan ekonomi yang lebih dalam.
"Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan IV 2021 diproyeksikan kembali meningkat sejalan dengan pelonggaran PPKM dan meningkatnya permintaan global dan domestik menjelang Natal dan Tahun Baru," tutur Herawanto.
Untuk mengoptimalkan momentum perbaikan ekonomi triwulan IV 2021, stimulus fiskal diharapkan dapat berperan lebih besar, baik melalui percepatan belanja modal, bantuan sosial, maupun penyaluran dana PEN untuk membantu kinerja sektor UMKM.
"Upaya yang sama juga akan terus dilakukan oleh Bank Indonesia melalui kebijakan moneter, makroprudensial, serta sistem pembayaran yang akomodatif sehingga dapat mendukung pemulihan ekonomi nasional," jelasnya.
Kondisi makroekonomi yang baik dan iklim investasi yang kondusif diharapkan dapat mendorong realisasi investasi lebih tinggi pada periode-periode berikutnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News