GenPI.co - Sepertinya sepasang cahaya surga telah jatuh ke bumi dan menyerupa mata Rahma. Setiap kali kami bertatapan, rasa syukur itu menghujani mulut dan hatiku.
Betapa beruntungnya aku memiliki kekasih bernama Rahma. Mungkin, orang lain ada yang menyepelekan Rahma.
BACA JUGA: Aku Ketagihan Berpacaran dengan Suami Kakak Kandungku Sendiri
Dia janda yang belum punya anak. Dulu, cuma menikah satu tahun. Akan tetapi, suaminya mendadak kabur entah ke mana.
Aku ada di saat-saat terburuknya waktu itu. Wanita yang begitu cantik itu menangis dihadapanku, menangisi laki-laki lain.
Namun, pelan-pelan peran laki-laki yang menyedihkan itu tergantikan. Rahma sekarang telah menjadi milikku seutuhnya.
Rahma ini punya warung gado-gado di rumah. Dia memang pintar memasak. Warungnya yang bersebelahan dengan kantorku membuat aku sering berkunjung.
Kadang-kadang sebelum ke kantor, aku menyempatkan diri ke rumah Rahma. Kami mengobrol banyak hal.
"Mas, mau sampai kapan hubungan ini kayak begini terus?" kata Rahma.
Aku sudah menebak arah pertanyaannya. Namun, aku tak bisa berbuat banyak.
Kehidupan karyawan tak selalu menyenangkan. Gajiku belum bisa berbuat banyak buat bisa membahagiakan Rahma.
Aku selalu takut hal-hal buruk terjadi jika keputusan menikah itu diambil.
"Semua itu ada rezekinya masing-masing, Mas. Membangun rumah tangga dari nol itu bisa jadi malah seru," katanya, menghiburku.
Kalau sudah seperti ini, aku pun mulai menghindar.
Aku mulai membicarakan hal-hal kocak dalam hidup. Sambil kupeluk dia, kuceritakan hal-hal yang menghibur demi melupakan topik menikah.
Kalau sudah seperti ini, hal enak pun terjadi. Kami selalu terpuaskan.
Setelah itu, Rahma mulai menata warung gado-gadonya. Sementara aku mulai merapikan pakaian dan berangkat ke kantor.
BACA JUGA: Pernikahanku Tak Dapat Restu dari Orang Tua
Topik pernikahan yang belum bisa kujawab pun akhirnya hilang. Kali ini aku masih selamat, belum tentu besok.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News