GenPI.co - Aku dan Dava sudah pacaran selama lima tahun dan kami sudah punya komitmen untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan.
Selama lima tahun kami menjalin hubungan, banyak ujian dan cobaan. Namun, kami sangat yakin untuk bisa bersama.
BACA JUGA: Geger, Ada Masker di kayu Nisan Kuburan
Semua persiapan sudah matang. Bahkan, semua undangan sudah kami sebar. Kami juga sudah memesan hotel mewah untuk acara pernikahan kami.
Kami menyiapkan acara pernikahan di sela-sela kesibukan. Bahkan, kami kerap bertengkar kecil karena salah paham dan faktor lelah. Namun, semua itu bisa kami atasi.
Seminggu lagi, acara pernikahan kami akan berlangsung. Kami berdua dilarang bertemu karena sedang dipingit. Meskipun aku merasa rindu dan resah, tetapi aku harus bersikap positif.
Bahkan, perasaan tidak yakin untuk menikah dengan Dava kerap muncul di dalam benakku. Hingga saatnya, hari pernikahan itu tiba.
Aku tak sabar, sebentar lagi akan menjadi istri Dava. Namun, sebelum prosesi akad nikah aku dikejutkan oleh kedatangan seorang wanita yang tak dikenal. Dia datang dan memanggil Dava yang duduk di sampingku.
Anehnya, dia mengaku telah mengandung anak Dava. Oh, tidak, cobaan apa lagi ini? Aku lemas dan tak percaya.
“Dava, aku ingin menagih janji kamu untuk menikahiku,” ujar wanita itu.
Aku mencoba sabar dan tegar. Aku hampiri wanita itu, dan kami berbicara berdua.
Ternyata, wanita itu adalah seorang janda selingkuhan Dava, bernama Susi. Dia juga yang pernah merusak hubunganku dengan Dava dua tahun lalu.
Namun, hubunganku dengan Dava kembali baik setelah mendengar Susi sudah menikah.
Ternyata, pernikahan Susi kandas dengan suaminya lantaran ketahuan mengandung anak Dava. Saat ini, Susi meminta pertanggungjawaban Dava untuk menikahinya.
Mendengar cerita Susi, rasanya bagai disambar petir. Pernikahan yang aku idamkan selama ini gagal gara-gara seorang janda bernama Susi.
Saat itu juga aku memutuskan Dava, meskipun dia tidak ingin aku pergi dan tetap ingin melanjutkan pernikahan.
BACA JUGA: Jokowi Aman, Habib Rizieq Tidak
Aku mengurung diri di kamar, aku menanggung rasa malu karena gagal menikah. Aku pun tak punya kekuatan untuk keluar rumah.
Bahkan, aku sempat berpikir untuk mengakhiri hidup karena kegagalan yang aku alami. Namun, orang-orang di sekitarku berhasil membuatku menjadi tegar. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News