GenPI.co - Pandanganku kabur. Aku bahkan sampai kesusahan membuka mata. Semuanya terlihat buram.
Seperti ada selaput di mataku. Dadaku berdetak sangat kencang. Aku benar-benar ketakutan.
Kejadian yang kualami barusan sangat mengerikan bagiku. Aku tidak menyangka mengalami kisah horor.
“Tomi, kamu nggak kenapa-kenapa?” Amir menepuk pipiku dengan pelan.
Aku membuka mata dengan berat. Di sekelilingku sudah ada Amir, Johan, dan Danang. Suasana gelap.
Hanya cahaya dari senter Amir yang menerangi kami. Danang membangunkanku. Johan memberiku air putih.
Kami sedang di gunung tidak jauh dari Jakarta. Kami sedang menghabiskan cuti dengan naik gunung.
Semuanya tidak ada masalah pada awalnya. Kami tidak mengalami kejadian apa pun saat awal mendaki.
Semuanya sangat lancar. Situasi mencekam saat kami hampir sampai puncak. Aku tiba-tiba merasa kelelahan.
Seperti ada beban sangat berat di tas yang kupanggul. Rasanya sangat membebaniku. Aku sampai ambruk.
Johan sempat menolongku. Aku mengaku hanya kelelahan. Namun, lelah yang kurasakan sangat berbeda.
Aku bukan hanya kali ini naik gunung, tetapi pengalaman yang sekarang sangat menegangkan. Aku melihat wanita duduk di atas pohon.
Hanya aku yang melihat. Wanita itu terus menatapku. Tatapannya sangat tajam. Aku sempat mengalihkan perhatian.
Namun, dia seolah terus mengikutiku. Ke mana pun aku melangkah, wanita itu seolah selalu di dekatku.
Aku sampai kebingungan sendiri. Sebab, aku selalu diikuti. Wanita itu tidak henti-hentinya menatapku.
Sampai akhirnya wanita itu tepat di depanku. Tiba-tiba saja dia sudah muncul. Aku sangat ingat wajahnya.
Menyeramkan. Ada darah di mata dan bibirnya. Dia tersenyum mengerikan. Aku langsung ambruk. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News