Menyerah Bukanlah Pilihan

16 Februari 2023 22:00

GenPI.co - Aku terus membuka berkas di amplop cokelat yang kubawa. Jantungku deg-degan. Langkahku terasa gontai.

Aku merasa kakiku tidak terlalu menapak tanah. Pancaran sinar matahari membua mataku terasa nanar.

Aku baru saja gagal. Untuk kesekian kalinya, aku kembali gagal mendapatkan pekerjaan.

BACA JUGA:  Ketiban Rezeki dan Hoki, 3 Zodiak Bisa Bahagia Sampai Hari Tua

Aku baru saja diberi tahu perusahaan yang kulamar. Aku tidak diterima. Sialan, batinku.

Aku duduk di halte bus. Tenagaku seolah sudah habis. Kakiku terasa sakit. Sepatu pantofel yang kupakai sangat keras.

BACA JUGA:  Masa Depan Cerah, 3 Zodiak Fokus Cari Uang Demi Hari Tua

Baju putih yang kukenakan juga sudah mulai basah. Keringat bercucuran. Keningku sangat basah.

Aku tersenyum sendiri ketika mengenang momen itu. Aku mengalaminya ketika baru lulus kuliah.

BACA JUGA:  Badai Hoki Pertengahan Februari, Rezeki 3 Zodiak Makin Tak Terbendung

Sekitar tujuh tahun lalu. Aku merasa masih sangat idealis. Aku harus mendapatkan pekerjaan yang memang sesuai keinginanku.

Namun, kenyataan terkadang memang hanya ilusi. Sangat banyak harapan yang akhirnya terbuang sia-sia.

Aku merasakannya pada saat itu. Aku selalu mendaftar di posisi yang memang sesuai bidangku. Semuanya gagal.

Namun, aku tidak mau menyerah. Aku mau jadi apa jika menyerah? Menyerah bukanlah pilihan. Batinku saat itu.

Aku terus mencoba, tetapi selalu gagal mendapatkan keinginanku. Aku sampai hampir frustrasi.

Apa yang salah? Pikirku. Aku merasa sudah membuat CV yang bagus. Aku merasa sudah melalui semua tes dengan sangat baik.

Aku juga memiliki IPK yang bagus. Aku juga berasal dari kampus ternama di Indonesia.

Namun, semuanya ternyata tidak berarti. Aku akhirnya menyerah. Ada titik yang memang aku harus berhenti.

Aku nekat berjualan makanan. Aku memulainya dengan sangat minimalis. Aku hanya menawarkan kepada teman-temanku.

Entah mereka suka atau tidak. Yang penting mereka beli. Pikiranku sangat pragmatis. Produkku ludes.

Aku makin semangat. Sat set sat set. Aku mengerjakan apa pun yang kubisa. Semuanya kukerjakan sendiri.

Sampai pada titik sekarang. Aku bisa membangun coffee shop di Jakarta Selatan. Tidak terlalu besar, tetapi juga tidak kecil. Cukup, lah, besarnya.

“Heh, senyum-senyum sendiri,” Dion menepuk pundakku.

Aku hampir saja terguling saking kagetnya. Dion membuyarkan kenanganku. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co