GenPI.co - Handphone di atas meja kerjaku terus berdering. Panggilan masuk dari asisten pribadiku.
Aku tidak mengangkat panggilan darinya. Aku mematikan panggilan, lalu membalasnya dengan pesan WhatsApp.
“Rapat dengan klien jam tiga sore, Pak,” kata Dona.
“Oke,” jawabku dengan sangat singkat.
Aku masih ingat momen itu. Hari Senin pada 2018. Aku mempersiapkan diri sebaik mungkin seperti ketika hendak menggelar pertemuan dengan klien sebelumnya.
Klienku tiba setengah jam sebelum rapat dimulai. Kami berbincang sejenak sembari merokok.
Aku memang memiliki ruangan sendiri untuk merokok. Semua karyawanku bebas merokok di tempat itu.
Kami bahkan bisa merokok bareng. Kami juga tidak jarang saling berbagi rokok. Santai saja.
“Sebentar, ya, Mas Dika,” kata Pak Joko, klienku.
“Tenang, Pak,”
“Sekretaris saya belum datang,”
“Di mana, Pak?”
“Sudah dekat. Tadi kejebak macet,”
Kami melanjutkan berbincang. Tiba-tiba ada wanita cantik datang dengan tergesa-gesa. Jalannya tergopoh-gopoh.
Aku kaget bukan kepalang. Rina. Wanita itu Rina. Tenggorokanku tercekat. Aku seperti mati sejenak.
Rina juga kaget. Dia tertegun. Rina seolah tidak percaya ada di depanku. Dia seperti tidak percaya bisa bertemu denganku.
“Ini Rina, Mas Dika,”
Aku masih dipayungi kekagetan. Aku bahkan sampai tidak menanggapi ucapan Pak Joko. Dia lantas menepuk pundakku.
Aku tergagap. Kuulurkan tanganku. Rina menyambut uluran tanganku. Rapat hari itu sangat absurd. Aku bahkan tidak bisa berkonsentrasi.
Rina juga seolah tidak betah berada di ruangan. Tidak ada deal antara aku dan Pak Joko.
Namun, aku mendapatkan deal lain. Aku akhirnya bisa mendapatkan Rina. Sebelum pertemuan hari itu, aku berpisah sangat lama dengan Rina.
Kami sempat dekat, tetapi perlahan saling menghilang. Rina mengejar semua impiannya. Aku mengubur impianku hidup dengannya.
Aku mencurahkan semua waktu, tenaga, dan pikiranku untuk hidupku sendiri. Namun, sejak pertemuan itu, kami bisa dekat lagi.
Awalnya memang ada rasa canggung. Namun, setelah itu semuanya berjalan dengan baik.
“Kalau takdir kita berjodoh, kamu bisa apa?” ujarku. Rina memelukku. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News