GenPI.co - Deras dan kencangnya suara hujan membangunkanku pukul 11 malam. Kulihat hujan tak akan berhenti dengan cepat.
Sepertinya aku sedang sial. Sebab, kedua orang tuaku baru berangkat ke luar kota untuk bekerja selepas Maghrib tadi.
Saat itu adalah pengalaman pertamaku sendirian di rumah. Akhirnya, aku mengerti rasanya kesepian.
Tanpa aku sadari, aku berjalan ke arah jendela dan menengok ke arah luar. Pasalnya, aku juga ingin menghirup aroma tanah yang basah.
Setelah membuka jendela, tiba-tiba saja mataku tertarik kepada satu objek. Aku melihat seseorang perempuan di bawah payung menantang derasnya hujan.
Dia tersenyum manis dan melambaikan tangannya ke arahku yang berada di jendela. Namun aku tak mengenali wajah itu.
Payung yang dia genggam seakan-akan sudah siap dihantam jutaan air dan dihempas pukulan angin bertubi-tubi. Namun, perempuan itu tak bergerak dari tempatnya.
Tiba-tiba saja rasa khawatirku muai bermunculan, aku perlu menenangkan diri agar detak jantungku normal kembali.
Aku merasa payung itu sedang digenggam tangan sekuat besi. Aku pun merasa pemegang payung putih itu bukanlah manusia biasa.
Rasa penasaranku makin menjadi-jadi. Aku pun beranjak dari jendela bawah dan mulai berlari ke lantai dua.
Aku hanya ingin memastikan bahwa perempuan tersebut memang ada. Setelah membuka jendela, rupanya tidak ada siapa pun di sana. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News