GenPI.co - Malam itu, aku hanya seorang diri di rumah. Awalnya aku merasa senang karena tidak ada satu orang pun yang menganggu kesenanganku.
Namun, entah mengapa kesepian ini membuatku bisa merasakan keberadaan orang lain yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
Lama kelamaan, hal tersebut membuatku tidak bisa tenang. Sesekali, aku mengecek kamar kedua orang tuaku yang berada di lantai dua.
Setelah itu, aku turun untuk mengecek kamar adikku, dapur, dan kamar mandi. Aku bahkan telah mengeceknya 3 kali malam ini.
Seperti orang yang uring-urungan, aku beberapa kali duduk diam di ruang tamu sambil menyalakan televisi. Tak lama kemudian aku mematikannya dan kembali ke kamar.
Aku tak pernah mengalami tinggal di rumah seorang diri. Akhirnya, aku sadar bahwa rumah ini lebih luas dari pada yang aku kira.
Rasa waspada dan keringat dingin menjadi temanku malam ini. Meski demikian, aku harus bertahan hingga 2 atau 3 hari ke depan.
Tak lama setelah itu, aku semakin peka mendengar suara orang-orang di luar. Mereka membicarakan tentang hal-hal yang tak aku mengerti.
Rasa ini sangat membingungkan dan membuatku pusing di kepala bagian kanan atas. Sepertinya aku terserang migrain.
Kesadaranku tak kunjung lelah. Adrenalin semakin berpacu seiring kegelapan malam mencekam saat waktu menunjukkan pukul 2 dini hari.
Kecemasan tersebut membuat suara dekat jantungku terdengar jelas, seakan-akan aku tenggelam dalam lautan yang gelap tak berujung. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News