GenPI.co - Hai, namaku Hana. Aku adalah seorang mahasiswi di sebuah kampus di Jakarta Selatan. Aku tinggal seorang diri karena ingin mandiri.
Menempuh pendidikan di ibu kota memang merupakan pilihanku. Sebab, aku tak ingin mengingat masa-masa kelam di rumah.
Namun, terkadang aku mengingat keluargaku di rumah. Rasa rindu tersebut menghantuiku beberapa malam ini.
Sesekali, aku memimpikan kehangatan keluarga yang sempat kami miliki dua tahun terakhir. Sayangnya, hal tersebut tak pernah kurasakan lagi.
Orang tuaku bercerai lantaran ayah sempat ketahuan selingkuh dengan teman dekat Ibuku. Aku ingat, malam itu Ibuku menangis di kamarku.
Sejak saat itu, aku tak percaya dengan semua laki-laki yang kutemui. Aku bahkan juga menutup diri dari teman-temanku di kampus.
Aku tak ingin mereka mengetahui bahwa aku adalah seorang anak dari keluarga yang sudah hancur. Aku ingin semua itu terkubur dalam-dalam.
Selama ini, aku selalu berpikir apa yang dilakukan ayah merupakan hal buruk. Bagaimana bisa dia pergi bersama wanita lain?
Padahal, ibu merupakan orang yang sabar, penurut, ceria, cantik, dan tidak pernah banyak menuntut kepada ayahku yang gila itu.
Ya, aku akan menyebutknya gila seumur hidupku. Sebab, dia tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk.
Menurutnya, tindakannya yang gila telah menjerumuskan aku ke dapam kegelapan tiada berujung ini. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News