GenPI.co - Perkenalkan, namaku Elisabeth. Aku adalah seorang siswi kelas 11 di SMA swasta yang ada di Jakarta.
Aku baru saja jadian dengan Johanes yang sering aku panggil "Abang".
Singkat cerita, Abang mengajakku untuk nge-date saat malam minggu. Aku sih, iya-iya saja.
Kami memang sudah dekat sejak SMP. Abang adalah kakak tingkat aku.
Pada saat kami sampai di kedai kopi untuk ng-edate, si Abang tiba-tiba izin ke toilet.
"Kamu pesan duluan saja. Aku ke kamar kecil," ujar Abang kepadaku.
"Jangan lama-lama, ya. Nanti gue ditinggal," sahutku sambil melontarkan candaan.
Dia pun pergi meninggalkanku untuk ke toilet sambil tersenyum.
Aku sama sekali tidak menduga kalau Abang ingin menembakku saat itu.
Tiba-tiba, Abang sudah ada di atas panggung. Ya, kedai kopi itu memang menyediakan live music.
"Teruntuk meja nomor 9. Aku mau membawakan lagu spesial untukmu," kata Abang dari atas panggung.
Aku pun langsung bingung karena mejaku bernomor 14.
"Abang salah nomor atau bagaimana, ya," ucapku dalam hati sambil sedih.
Aku hanya mendengarkannya bernyanyi dengan penuh penghayatan. Setelah menyanyi, ia langsung menyatakan perasaannya.
"Sekali lagi, saya mau mengundang mena nomor 9 untuk maju ke atas panggung," tuturnya.
Sementara itu, meja nomor 9 yang dari tadi diucapkannya ternyata kosong. Si Abang pun bingung karena aku tak kunjung maju.
"Halo, kamu Elisa," tegasnya.
Aku pun kebingungan. Aku akhirnya maju dengan perasaan campur aduk.
"Bang, kamu salah meja. Aku di nomor 14, loh," kataku sambil tidak kuasa nahan tertawa.
Meski terlihat malu, Abang tetap berusaha terlihat cuek.
"Elisa, di depan banyak mata aku ingin menjadikanmu sebagai perempuanku. Maukah kamu menjadi kekasihku?" tanya Abang dengan kalimat romantis.
Keringat di kepalaku tiba-tiba berjatuhan. Menandakan perasaanku tengah bergejolak antara senang dan malu.
Hingga akhirnya, aku memutuskan untuk menjadi kekasih Abang. Sejak malam itu, kami berdua resmi jadian. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News