GenPI.co - Dua tahun sudah aku melewati kisah cinta bertepuk sebelah tangan dengan dia.
Dia adalah Ali, pria yang aku selalu selipkan dalam setiap doaku.
Setelah aku merelakan Ali untuk wanita itu, hubungan kami sudah tidak seakrab dulu.
Seusai lulus kuliah, aku dan Ali melanjutkan kehidupan masing-masing.
Kini, aku adalah seorang jurnalis di salah satu media online di Jakarta. Sementara Ali, aku tidak tahu apa yang dilakukannya saat ini.
Suatu hari, ada seorang pria memanggilku di stasiun saat aku tengah bertugas mencari berita.
"Prilly?" kata laki-laki itu memanggilku sebanyak dua kali.
Setelah menengok ke belakang, aku menyadari bahwa pria yang memanggilku adalah Ali.
Aku melihat koper besar yang dibawanya, tampaknya baru saja turun kereta.
"Loh, Ali? Apa kabar?" tanyaku.
Kami akhirnya mampir sebentar ke tempat kopi untuk bernostalgia. Rupanya, Ali baru saja menyelesaikan S2 nya di Yogyakarta.
Dia juga sudah bekerja sebagai IT di perusahaan asing di luar negeri. Ali pun mengakui sesuatu yang aku tidak sangka.
"Prilly? Tahu nggak, sih. Dulu, waktu gue masih sama yang itu, sebenarnya gue nggak rela ninggalin lu," kata Ali.
"Maksudnya? Ninggalin bagaimana, sih, Li?" tanyaku.
"Gue suka kali sama lo. Cuma gue takut merusak persahabatan," tambahnya.
Mendengar ucapan Ali, tentunya aku sangat terkejut dan sedikit kesal.
Aku hanya bisa menyembunyikan perasaan dengan tertawa karena takut ini hanya pancingan saja.
Ternyata, Ali memang benar-benar tidak berhubungan dengan wanita itu setelah hubungan kami menjauh.
Dulu, aku hanya fokus dengan kisah cinta Ali dan kekasihnya yang ternyata hanya sementara itu.
Padahal, kalau saja waktu itu aku tidak pergi, Ali mungkin akan menyatakan cintanya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News