GenPI.co - Rasanya baru kemarin aku dan kamu saling menyayangi.
Rasanya belum terlalu lama saat aku dan kamu berdebat soal orang tuamu yang tak setuju denganku.
Akan tetapi, semua memang sudah berlalu.
Aku harus menyadari bahwa kita bukan lagi pasangan kekasih.
Empat tahun lalu, kita sudah mencoba dan ternyata gagal.
Ada banyak mimpi yang terkubur, tetapi bagimu ada banyak mimpi yang perlu dibangun lagi.
Tak lama setelah denganku, kau menemukan pengganti.
Pria kantoran dengan rambut pendek itu berhasil memikat hatimu.
Kau dulu pernah bercerita, dia beda divisi, tetapi selalu menyempatkan bertemu saat jam makan siang.
"Iya, begitu deh. Kamu bagaimana setelah denganku?" tanyamu.
Aku hanya menggelengkan kepala. Mungkin aku belum mendapatkan kekasih baru.
Suasana mulai canggung. Aku kembali mencoba mencairkannya.
Ya, itu adalah pertemuan terakhirku denganmu. Tiga tahun lalu, ah, cukup lama juga.
Kini menjelang Lebaran, tiba-tiba kamu menghubungiku lagi.
Ku pikir basa-basi minta maaf sebelum lebaran.
"Aku mau ngundang kamu ke pernikahanku," kata dia.
Ah, pesan itu sungguh membuatku terkejut.
Aku tak menyangka secepat itu kamu menikah.
Akan tetapi, takdir hidup memang selalu mengejutkan.
Dulu aku berharap menikah denganmu.
Kini, aku harus datang ke pernikahanmu hanya sebagai tamu undangan.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News