GenPI.co - Perkenalkan namaku Dahlia, orang-orang biasa menganggilku Lia. Saat ini aku masih duduk di bangku kuliah semester enam.
Selama kuliah, aku memutuskan untuk tinggal di indekos, karena lokasi rumah dan kampus yang cukup jauh jaraknya. Sebenarnya, bila ingin pulang-pergi bisa saja.
Namun, badan ini sudah terlalu lelah untuk menempuh perjalanan 2 jam lamanya sekali jalan.
Ibu pemilik indekos memang cukup cuek, bahkan tak jarang kekasihku, Dion sering menginap di kamar tanpa ada komentar sama sekali darinya.
Mendapatkan kebebasan tersebut, tentu membuat aku harus tetap bisa menjaga aturan, setidaknya jangan sampai menjadi omongan tetangga bahwa aku sering membawa kekasihku ke kamar.
Karena masih sama-sama duduk di bangku kuliah, aku dan Dion tak jarang hanya mengabiskan waktu berpacara di kamar.
Kegiatan yang kami lakukan tentu sudah terlalu sering berulang. Namun, bersamanya tidak pernah membosankan.
Tak jarang aku bermain salon-salonan dengannya, memasak, nonton, hingga main board games. Dion adalah sosok yang bisa membuat aku menjadi apa adanya.
Pandemi covid-19 masuk ke Indonesia, hal ini semakin membuat aku dan Dion semakin sering bertemu, lantaran kegiatan kampus pun jadi di rumahkan untuk sementara.
Dion melakukan hal apapun di kamarku. Sampai akhirnya, dia berlaku tidak seperti biasanya. Dion menjadi orang yang terlalu banyak diam, hingga suatu waktu dia tiba-tiba menjatuhkan badannya di tubuhku hingga terbaring di atas kasur.
"Sayang, kamu kenapa?," tanyaku, bingung.
"Aku lemes banget, nih, sayang," balasnya.
Mendapat jawaban tersebut, aku segera mengambil alat swab yang aku miliki untuk jaga-jaga. Setelah melakukan tes, benar saja, hasilnya positif. Dion, positif covid-19.
Tanpa pikir panjang, akupun yakin sudah positif karenanya.
Mengetahui hal tersebut, aku segera memintanya untuk pulang dan beristirahat. Sebab, tak ingin membuat ibu kos tahu bahwa aku membawa seseorang yang bisa menularkan virus. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News