GenPI.co - Perkenalkan, namaku Rizal. Aku sedang menjalani sebuah hubungan yang sangat menyenangkan bersama Kinan.
Hubungan yang kami jalani itu, mungkin seperti pacaran. Namun, hubungan kami lebih bahagia.
Saat ini, aku merasa sebagai seorang laki-laki yang sangat beruntung. Hal itu karena Tuhan mengirim Kinan untuk bersamaku.
Hari-hari penuh kebahagiaan selalu ada bersama Kinan. Senyum manis kecilnya mampu membuat hati berdebar.
Tak hanya itu, matanya yang cokelat juga mampu membuat semua fokusku buyar. Ah, aku ingin terus menatap matanya.
Semua yang ada ada pada Kinan sempurna. Tentu aku tak perlu persetujuan orang lain untuk pendapatku itu.
Beberapa kata-kata merayu selalu membuat Kinan tersipu. Sungguh, dia sangat lucu saat seperti itu.
"Selalu berhasil membuatku bahagia," kata Kinan.
"Bahagia bersamaku?" tanyaku.
"Senyum ini seharusnya bisa menjawab pertanyaanmu itu," kata Kinan sembari menunjukkan senyum terbaiknya.
Kehidupanku jadi lebih berwarna dengan kehadiran Kinan. Hijau, kuning, biru, merah, dan banyak lagi lainnya, semua ada.
Namun, ternyata kebahagiaan yang aku rasakan bersama Kinan tak berlangsung lama. Mendadak Kinan hilang.
Semua nomor yang dia punya tak bisa dihubungi. Semua alamat yang dia beri juga tak bisa dicari.
Setelah banyak pencarian, Kinan datang menemuiku. Matanya yang dulu indah kini terlihat sayu.
"Mas, maafkan aku," kata Kinan.
"Untuk apa? Tak apa, tak apa kalau kamu mau pergi sebentar, tetapi jangan lupa kembali lagi," jawabku.
"Aku pergi tak untuk kembali, mas," jawabnya.
"Apa maksudmu?" jawabku.
Kinan tak menjawab pertanyaanku. Dia hanya memberiku sebuah undangan pernikahan lalu pergi meninggalkanku lagi.
Undangan pernikahan itu ada nama Kinan. Namun, nama pria yang ada di undangan itu bukan namaku.
"Hari & Kinan"
Undangan ini tentu menjadi kabar buruk bagi hubungan kami. Tanpa sepatah kata, Kinan pergi.
Untungnya, aku masih kuat menahan air mata. Untungnya, tentu saja tak ada untung.
Saat ini aku merasa menjadi seorang laki-laki yang tak beruntung. Kekasih yang sangat aku cintai, akan menikah dengan orang lain.
Tentu ini menjadi hal yang sangat menyakitkan. Cinta yang selama ini membuatku bahagia, ternyata tak ada pada Kinan.
Singkat cerita, aku berhasil menghadapi banyak sakit hati setelah Kinan pergi. Aku pun memutuskan untuk menghadiri pernikahannya.
Undangan ini tentu jadi tanda bahwa dia ingin aku ada. Hadir pada hari pernikahannya.
Namun, aku tak sampai hati untuk bersalaman dan mengucapkan semoga bahagia kepadanya. Sungguh, aku tak sanggup.
Akhirnya, aku hanya bisa menatap pelaminan kekasihku tercinta itu dari kejauhan. Kali ini, aku tak sanggup menahan air mataku untuk jatuh.
"Semoga bahagia, Kinan. Semoga bahagia," kataku dalam hati.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News