GenPI.co - Sejak aku menemukan ponselnya yang tertinggal di toilet kantor, kami menjadi semakin akrab. Memang banyak yang berbeda di antara kami, termasuk usia yang terpaut jauh hingga 20 tahun hingga statusku yang telah menikah.
Kendati aku memiliki lebih dari selusin wanita TTM (teman tapi mesra), namun bagiku, Jihan paling istimewa. Padanya aku selalu curhat setiap kali menghadapi masalah. Dan aku merasakan keteduhan bila bersamanya. Menurut Jihan, ia juga merasakan hal yang sama.
Sudah hampir lebih dari 2 tahun hubungan kami, tak seorang pun rekan kerja mengetahuinya. Mungkin karena kami selalu menjaga image sebagai profesional di depan mereka. Pada setiap ada kesempatan selalu kami luangkan untuk memadu cinta, walau hanya sekilas.
Di satu kesempatan aku tanya kepada Jihan, apakah ia juga memiliki perasaan khusus seperti yang aku rasakan? Jihan saat itu tidak langsung menjawab, hanya dengan senyuman ia menyatakan perasaan yang sama denganku.
Meski bila berduaan kami saling membelai, dan sempat mengecup, tetapi kami tetap dapat mengendalikan diri, tidak melakukan hubungan badan.
Hal ini pernah kami diskusikan secara tak sengaja saat kami berdua ditugaskan perusahaan di satu kota di Jawa Barat.
Waktu itu aku sengaja datang kamar hotel tempat ia menginap untuk menanyakan materi bahan laporan yang akan disampaikan ke kantor melalui e-mail.
Tapi, tanpa sadar kami justru terlibat dalam pembicaraan pribadi yang darinya aku mendapat pemahaman mendalam tentang makna cinta sejati (true love), yang bagi Jihan, itulah yang mendasari hubungan kami selama ini.
Kepada Jihan, aku katakan, meski gelora syahwat sudah naik ke ubun-ubun, aku berusaha tak akan melakukan sesuatu yang melanggar norma hukum dan agama. Ini demi kemurnian cintaku padamu.
“Cintaku murni, Jihan, rasa cinta yang tidak pernah kualami sebelumnya. Hanya olehmu aku mengenal apa itu cinta,” kataku seraya menggenggam tangannya.
“Cinta itu memang indah, mas Johan, jangan kotori ia dengan nafsu. Cinta tidak sombong, atau mementingkan diri sendiri. Ia akan menutupi segala kesalahan, cinta adalah pengorbanan dan pengorbanan kita mengendalikan nafsu jelas berakar pada cinta,” jawab Jihan.
“Jadi tanpa kata pun, kita sudah dapat memahaminya, karena cinta berbicara dengan seribu satu bahasa, disaat mulut membisu,” kataku.
“Tapi cinta tanpa uang akan membawa kita sengsara. Ia tak akan mati, walau badan berkalang tanah. Love is crazy, but rational, cinta itu tidak materialistik,” kata Jihan seraya tersenyum.
Ketika kusinggung, kemungkinan hubungan kami, cepat atau lambat pasti bakal berakhir pahit karena adanya perbedaan yang tak dapat dipertemukan, Jihan justru berpendapat sebaliknya.
“Mas Johan, cinta akan menyatukan dua dunia yang berbeda, karena itu tak mengenal perbedaan. Apabila kedua dunia itu bersatu, itulah yang disebut “magic of love.”
Cinta itu jujur pada diri sendiri, dan ia selalu indah walau pun sering berakhir pahit. Cinta itu suci dan tak berkesudahan. Ia tak akan pudar, karena untuk mendapatkannya perlu waktu,” jelas Jihan.
“Tapi, rasanya tak mungkin kita bersatu, Jihan. Banyak faktor yang memisahkan kita. Dari usia, status, dan masih banyak lagi yang lain,” kataku sambil kusandarkan punggungnya ke dadaku.
Sejenak Jihan terdiam, suasana hening terasa di dalam kamar hotel. Ku lihat, cairan bening menitik di matanya. Jantungnya berdegup cepat. Dengan mulut bergetar Jihan berkata, kalau itu harus terjadi, kita harus menerimanya sebagai kenyataan.
“Cinta tidak bisa dipaksa untuk datang, melainkan akan hadir dengan sendirinya. Tapi bila ia telah hinggap tak satu pun yang mampu mengusirnya, hingga ia pergi dengan sendirinya.Sejatinya, aku juga merasakan hal yang sama,” katanya.
“Sudah kuperkirakan, pada saatnya kita bakal berpisah, tak lama lagi aku akan pindah ke Jawa Tengah, kerja di sana dan tinggal bersama kedua orang tuaku yang sudah sepuh,” isak Jihan sembari melihat ke arah wajahku.
“Tapi, yakinlah mas Johan, cinta kita yang rajut di kantor ini adalah cinta sejati, cinta suci, cinta putih, yang tidak akan ditemukan di tempat lain. Bila kau sedang jatuh cinta, nyalakan lilin, pegang rosario dan berdoa. Mintalah apa yang kamu minta, karena pasti akan diberikan kepadamu,” tegasnya.
Diingatkannya, cinta itu akan terwujud bila kita memberikan sesuatu, dan bila hal itu tidak diterima oleh seseorang, janganlah marah, sebab kita telah mempunyai cinta, cinta tak bernoda.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News