GenPI.co - Aku sudah menunggu dua tahun untuk bertemu suamiku, Mas Rido.
Mas Rido bekerja di bidang pelayaran, sehingga kerap meninggalkan rumah setiap bulan, bahkan tahunan.
Aku sebenarnya tidak menyukai hal itu, karena selalu merasa kesepian di rumah sendiri.
Cerita ini aku rasakan saat kali kedua ditinggal suami berlayar, yang mana tetanggaku datang ke rumah.
"Hai, mbak. Boleh minta tolong, kah?" kata Mas Yuda, tetanggaku.
"Iya. Apa yang bisa saya bantu, ya?" sahutku.
Perbincangan itu terjadi saat aku berada di halaman depan, Mas Yuda pun datang menghampiri.
Mas Yuda terlihat gesa-gesa saat berbicara denganku.
Dia ternyata ingin menumpang di toilet, karena rumahnya sedang ada perbaikan.
"Terima kasih banyak mbak sudah boleh pakai toiletnya," kata Mas Yuda.
"Iya, mas nggak apa-apa, kok. Kalau ada yang bisa dibantu, bilang saja, ya," ucapku.
Setelah meninggalkan rumahku, Mas Yuda tampak ingin bilang sesuatu.
Namun, karena sudah dipanggil istrinya, Mas Yuda pun pergi begitu saja.
Aku pun penasaran tentang kejadian itu, lantaran melihat ada yang aneh di celana Mas Yuda.
Rasa penasaran itu akhirnya membuatku berkunjung ke rumahnya.
Aku pikir, datang ke rumah Mas Yuda, bisa bertemu dan menanyakan benjolan yang ada di celananya.
"Yah, ternyata dia tidak ada. Ke mana Mas Yuda, ya, aku khawatir terjadi apa-apa karena benjolan itu," gumamku.
Saat ingin kembali ke rumah, aku pun berpapasan dengan Mas Yuda dan istrinya.
"Eh, ada apa mbak?" tegur istri Mas Yuda.
"Ini, nggak. Ini saya mau antar makanan soalnya tadi Mas Yuda bilang ada pekerjaan di rumahnya," kataku.
"Wah. Jadi, repot-repot begitu, mbak. Saya terima makanannya," sahut Mas Yuda.
Kami bertiga pun makan bersama di depan rumah Mas Yuda.
Istri Mas Yuda mendadak ingin pergi ke toilet dan meminta izin kepadaku untuk berkunjung ke rumah.
Akhirnya aku ada kesempatan untuk berdua dengan Mas Yuda. Aku lantas menanyakan soal benjolan di celananya karena penasaran.
"Mas. Maaf izin tanya, tadi setelah dari rumah saya. Kok, di celana belakang ada tonjolan, ya? Itu apa, mas?" ucapku.
"Ah, itu celurit, mbak. Senjata saya untuk memangkas rumput liar di depan rumah. Tadi, karena buru-buru, saya enggak sempat taruh dulu celuritnya," sahutnya.
Mendengar jawaban itu, aku pun akhirnya puas karena takut ada barang di rumah yang hilang.
"Oh, begitu. Baik, terima kasih sudah menjawab pertanyaan saya, mas," kataku lantas pamit pulang. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News