GenPI.co - Aku adalah Raisa. Seorang single parent dengan seorang putri berusia 4 tahun. Aku tahu, kisahku ini berawal dari kenikmatan dunia yang sesaat.
Aku ingat betapa menyedihkannya hidup dengan anak yang sebelumnya tak pernah aku sangka. Dua tahun lalu, hampir setiap hari aku dan putri mungilku melihat kelakuan ayahnya yang datang dengan perempuan lain ke rumahku.
Kami terlalu dibawa mabuk asmara, hingga tidak siap untuk berumah tangga.
Hal yang paling menyedihkan di saat kehamilanku. Dia malah lebih sering berada di luar rumah dan tidak mengurusiku hingga aku harus pergi ke rumah Mamah.
"Cukup!," ucapku dalam hati.
Dua tahun lebih aku bertahan dengan dia yang tidak menyayangi kami.
Namun, aku selalu bersyukur di balik ini semua. Aku bisa melahirkan anak yang cantik.
Sejak saat itu aku hidup bersama putriku seperti biasa. Setahun aku menjomlo, tiba-tiba Randy teman kerjaku mendekati aku.
"Kamu mau nggak menikah denganku? Aku berjanji akan membahagiakan keluarga kecil kita dan anakmu," ucap Randy saat memulai hubungan bersama dia.
Akhirnya, berkat persetujuan dari Mamah dan keluarga kami pun menikah. Kami hanya dekat dua minggu.
Hidupku jauh lebih baik dari sebelumnya. Aku di nafkahi, di sayang, keluargaku hidup bahagia bersama Randy.
"Terima kasih sayang, akhirnya aku menikmati hidup yang baik," ujarku kepada Randy.
"Sama-sama sayang. Bagiku kamu dan seluruh keluarga kamu adalah keluargaku juga," jawabnya.
Sungguh aku bersyukur. Seorang lajang menikahi aku yang sudah menikah dan gagal.
Dia tidak sekali pun mengeluh. Randy selalu mencukupi kebutuhan lahir dan batin.
Aku bersyukur, sekali lagi. Aku bersyukur. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News