GenPI.co - Semua orang merasa kesusahan karena PPKM, tak terkecuali aku. PPKM yang bertujuan meminimalisir penyebaran virus corona (covid-19) ini, justru seakan merebut nafas masyakarat sedikit demi sedikit.
Karena PPKM aku kehilangan ibu, dimana hari tutup peti aku tidak bisa pergi keluar kota. Karena PPKM aku kehilangan pekerjaan sebagai SPG.
Dan karena PPKM aku ditinggal oleh calon suamiku, karena keputusanku untuk terus mengundur tanggal pernikahan.
Aku yang sudah menjadi pengangguran selama satu tahun lamanya, mulai merasa putus harapan. Seakan tidak ada lagi yang bisa dilakukan.
Aku lelah dengan semua ini, yang bisa dilakukan hanya diam, diam dan diam. Namun, tidak bisa sepenuhnya berdiam, untuk bertahan hidup pun perlu adanya kebutuhan pokok.
"Tuhan, kapan semua ini berakhir? aku sudah lelah," ucapku, dalam doa.
Berbagai cara aku lakukan untuk tetap semangat menjalani hidup, sayangnya semua itu tentu tidak mudah. Sampai akhirnya aku mendapatkan tawaran dari seorang teman untuk menjadi relawan untuk membantu proses vaksinasi.
Bukan menjadi mereka yang menyuntikan vaksin pada pasien, tapi jadi petugas keamanan. Menjaga mereka yang mulai melanggar prokes dan tak berbarik dengan rapih.
Dari pekerjaan ini aku belajar untuk menjadi sosok yang lebih sabar untuk menangani orang orang lain, dan tidak memikirkan diri sendiri saja.
Harus bisa mengasihi mereka bahkan yang aku tak kenal sama sekali. Sejenak aku berterimakasih pada Tuhan dan Pemerintah yang telah menerapkan aturan ini.
Karena adanya PPKM, membuat aku tidak lebih banyak kehilangan orang yang aku kasihi. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News