GenPI.co - Mempunyai anak kembar adalah impianku sejak lama. Hidupku akan sempurna jika aku berhasil mempunyai anak kembar.
Berbagai upaya sudah aku lakukan. Namun, Tuhan tak juga mengabulkan keinginanku.
Yunita, istriku juga sudah mulai capek dengan permintaanku. Sebab, kami sudah diberi dua anak yang bukan anak kembar.
Anak pertamaku lahir dua tahun lalu. Sementara yang kedua baru lahir satu tahun lalu.
Yunita sudah mulai pasrah. Dia sudah muak dengan keinginanku mempunyai anak kembar.
"Sudah mas, rezekinya memang ini, mau bagaimana lagi?" kata Yunita.
"Soal anak kembar, biar jadi urusanku. Kamu diam saja," jawabku.
Aku cukup marah dengan Yunita. Sebab, aku sangat ingin mempunyai anak kembar. Aku masih mencari cara untuk mendapatkan anak kembar. Hingga akhirnya, aku bertemu dengan Rina.
Rina adalah temanku yang berprofesi sebagai bidan. Aku pun menyampaikan keinginanku kepadanya.
"Rin, aku pengin punya anak kembar. Kamu punya tipsnya enggak?" tanyaku.
"Ada. Kalau mau, kamu nikah saja sama orang yang punya kembaran," jelasnya.
"Orang kembar gitu? Kok, bisa, Rin?" tanyaku.
"Peluang punya anak kembar lebih besar kalau kamu menikah dengan orang yang juga punya kembaran," jawabnya.
Setelah itu, pikiranku pun penuh dengan saran dari Rina. Aku berniat mencari seorang perempuan yang terlahir sebagai anak kembar.
Dengan begitu, kemungkinan aku punya anak kembar makin besar. Ya, memang keputusanku ini sangat kacau.
Aku mencari wanita lain di belakang Yunita, istri sahku. Ya, aku berselingkuh.
Namun, hal itu aku lakukan untuk menggapai keinginanku.
"Maafkan aku, Yunita," kataku dalam hati.
Singkat cerita, aku berhasil berkencan dengan seorang wanita yang terlahir sebagai anak kembar. Aku mengetahuinya dari seorang teman.
Nama perempuan itu Riska. Dia teman dari salah satu sahabatku.
Tanpa pikir panjang, aku langsung menyatakan keinginanku untuk menikahinya. Untungnya, dia langsung menerima lamaranku.
Singkat cerita, aku melangsungkan pernikahan secara siri. Hal itu aku lakukan untuk menyembunyikan hubunganku dari Yunita.
Pernikahanku dengan Riska berjalan lancar. Setelah beberapa bulan, dia akhirnya hamil.
Setelah beberapa bulan, aku mengajak Riska ke dokter kandungan. Betapa kagetnya aku saat dokter mengatakan bahwa Riska hamil anak kembar.
Aku sangat senang mendengar hal itu. Bahkan, aku langsung sujud syukur.
Akhirnya, keinginanku mempunyai anak kembar terkabulkan. Namun, tiba-tiba aku makin merasa bersalah kepada Yunita. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News