GenPI.co - “Anto, anterin rantang ke rumah Bu Maria dong,” teriak Mama.
“Ntar dulu, Ma. Masih nonton film ini,” jawabku.
Hari itu hari Sabtu dan jam dinding masih menunjukkan pukul 10 pagi.
Aku sedang menikmati akhir pekanku dengan menonton serial yang sedang tren di layangan streaming film.
Mama pun langsung masuk ke kamarku.
“Buruan ih, keburu makan siang. Nggak enak tahu ganggu orang di jam makan siang,” kata Mama sambil menarik-narik tanganku.
“Ih, iya iya Ma. Aku anter sekarang,” ujarku sambil menutup jendela browser serta mematikan laptopku.
“Rantangnya ada di atas meja, ya,” sahut Mama sambil berjalan keluar kamarku.
Aku pun langsung mengganti celana pendek dengan yang panjang. Tak lupa, aku mengantongi dompet, telepon genggam, dan kunci motor.
Sampai di ruang makan, aku langsung mengambil rantang yang diletakan mama di atas meja makan.
Tanpa membuang waktu, aku langsung menyalakan motor untuk menuju ke rumah Bu Maria.
Rumah Bu Maria terletak di kompleks perumahan dekat kompleks rumahku. Mama dan Bu Maria adalah teman SMA.
Aku sudah beberapa kali ke rumah Bu Maria untuk mengantar Mama, jadi aku hafal jalan ke sana tanpa melihat maps.
“Permisi, Tante Maria,” teriakku sesampainya di depan pagar rumah Bu Maria.
“Iya? Oh Anto. Sini masuk masuk,” jawab Bu Maria dari ambang pintu.
Aku pun membuka pagar dan masuk ke rumah Bu Maria.
Bu Maria langsung mengarahkanku untuk duduk di ruang tamu.
“Duduk sini dulu, ya. Sebentar Tante ambilin minum sama bingkisan buat Mama,” ujarnya sambil masuk ke ruang makan.
Aku pun menunggu Bu Maria untuk keluar kembali ke ruang tamu. Namun, sosok yang datang justru seorang perempuan cantik yang membawa sebuah nampan dengan secangkir es sirup.
Perempuan itu adalah anak Bu Maria. Dia memakai celana pendek santai yang membuatku melihat kakinya yang putih jenjang.
Rasa panas dingin langsung menjalar di bagian tengkukku melihat kaki indah perempuan itu.
Dia lalu membungkukkan sedikit badannya ke arahku, berniat untuk menaruh minuman di meja di depanku.
Namun, tiba-tiba perempuan itu terpeleset dan kehilangan keseimbangan.
Es sirup di atas nampan yang dibawanya tumpah ke arahku. Untungnya, gelasnya bisa langsung aku tangkap, jadi tak harus pecah.
“Aduh, maaf Mas. Maaf banget,” ujar perempuan itu.
“Haha iya nggak apa-apa,” ujarku sambil menahan rasa basah dan dingin di celanaku pada paha bagian dalam.
“Aduh, minumannya manis. Jadi lengket itu,” kata perempuan itu sambil mengambil tisu untuk buru-buru ditaruh di bagian celanaku yang basah.
Aku pun terdiam.
Perempuan itu pun langsung masuk ke dalam untuk mengambil pel lantai. Aku sendiri masih terdiam di tempat dudukku.
Niat mengantar kiriman Mama untuk temannya, aku malah dibuat lengket oleh anak temannya Mama.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News