Om Rizal, Lututku Lemas!

21 Mei 2021 09:55

GenPI.co - Usia tidak menghalangiku mencintai seseorang dengan usia yang jauh di atasku. Saat ini statusku masih siswi di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jakarta.

Ini adalah perasaanku terhadap seorang guru olahraga. Namanya, Rizal.

BACA JUGA: Politikus PDIP Bongkar Rocky Gerung dan Anies Baswedan, Isinya...

Duda anak satu itu sering membuatku gagal fokus saat mengikuti pelajarannya. Om Rizal memang cool dan bertubuh atletis, apalagi saat dirinya berkeringat.

Pria berumur sekitar 43 tahun itu ternyata bercerai dengan mantan istrinya karena perselingkuhan. 

Sungguh menyakitkan memang, dalam pikirku 'Perempuan mana yang berani menyelingkuhi pria cool seperti itu? Aku saja nggak tega'.

Ketertarikanku muncul sejak kelas 10. Setiap jam olahraga, aku selalu mencari alasan agar tanganku digenggamnya.

BACA JUGA: Mulai Besok Hidup 3 Zodiak Bersinar Terang, Rezekinya Gila-gilaan

Entah dia risih atau tidak. Namun, aku bersikap polos agar dia tertarik dan mau mengajariku ekstra.

"Pak Rizal, tolong aku! Kakiku sakit, nggak kuat berjalan aku lemas sekali," ujarku saat berpura-pura tersandung batu.

Dengan sigap, dia menggendongku dan membawaku ke ruang kesehatan sekolah. Saat itu dirinya memijat kakiku.

"Aduh, sakit...." rintihku.

"Eh, maaf, tahan sedikit," sahutnya.

Setelah dia memijit kakiku, Rizal lantas menyuruhku istirahat dan membawakanku minuman kemasan.

Dag, dig, dug, der, sungguh berdebar hatiku. 

Sejak kejadian itu, aku sering membawakannya roti dan susu beruang dengan alasan mengucapkan terima kasih. 

Aku pun tidak peduli satu sekolah menggosipkanku memiliki hubungan dengan guru olahraga itu.

Suatu hari, Om Rizal mengajakku pergi ke taman untuk mengobrol. Aku sudah sangat percaya diri, aku tidak menolak.

"Ada apa, pak? Aku nggak melakukan kesalahan, kan," tanyaku sambil tersenyum kegirangan.

Namun, dengan nada halus dan sedikit memelas, Om Rizal mengungkapkan bahwa perlakuanku itu membuatnya risih. Saat itu mulutku kaku, tanganku bergetar, seluruh tubuhku berkeringat.

Rasa itu sungguh campur aduk, marah, sedih, kesal, dan masih banyak lagi.

"Pak, apa yang saya lakukan ini atas dasar cinta," sahutku.

"Saya minta maaf, kamu terlalu muda untuk membicarakan cinta. Saya sudah gagal dalam hal percintaan, mohon kamu mengerti," bebernya.

Aku pun termenung dan tak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya mengangguk dengan tidak ikhlas.

Rizal pun mencoba menenangkanku dengan cara menggenggam tangan.

"Saya minta maaf. Pekan depan saya akan pindah ke sekolah lain karena mutasi. Saya harap kamu tetap semangat belajar, ya," lanjutnya sambil pergi meninggalkanku.

Jujur, aku merasa malu dan tak tertahankan. Sejak hari itu, aku tidak menegur Om Rizal, bahkan aku tidak tahu ke mana dia pindah mengajar.

Aku tetap melanjutkan pendidikanku dan menjalani hari seperti biasa. Hanya saja ada yang kurang, Om atau Pak Rizal.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan Reporter: Annissa Nur Jannah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co