GenPI.co - Soal cinta aku masih pemula. Karena, pengalamanku masih terbilang sedikit. Akan tetapi, ketika jatuh cinta aku bisa sangat liar dan rela melakukan apapun hanya untuk mendapatkan targetku.
"Ambisiku sangat besar, belum berhenti sebelum mendapatkan yang diinginkan," pikirku.
BACA JUGA: Film Hari yang Dijanjikan, Perjuangan Ayah di Tengah Pandemi
Aku memiliki kisah cinta yang tidak pernahku lupa sampai saat ini. Tepatnya saat berumur 18 tahun.
Saat itu aku begitu tergoda oleh perawan desa bernama Nabila. Dia memiliki pesona yang bisa mengalihkan pandanganku kepada wanita lain.
Aku pun berambisi untuk mendapatkannya dan berjanji akan menjaga Nabila setelah memiliki cintanya Nabila tidak sekolah seperti gadis seusianya. Karena, keterbatasan ekonomi.
Alhasil, dirinya berdagang untuk membantu perekonomian keluarga. Sedih memang, tetapi kegigihan Nabila perlu diacungi jempol.
Itulah alasan lain kepada aku menyukainya. Untuk berjuang mendekatinya, aku selalu membeli dagangannya hanya untuk berbincang atau menyapa.
Pasalnya, Nabila tidak memiliki handphone untuk memudahkan interaksiku dengannya.
Gerak-geriku rupanya sudah terbaca oleh Nabila. Karena, sangat intensif datang ke lokasi jualannya.
"Kamu ke sini mau beli jualanku apa sekadar mau ketemu denganku?," tanya Nabila.
"Dua-duanya, he he he," timpalku. "Jago juga ya modusmu," timpal Nabil.
"Habisan celupanmu enak," kataku. "Hah? Celupan?," kaget Nabila.
"Iya, pisang yang kamu celup nikmat sekali," kayaku.
"Oalah, cokelatnya banyak, ya?, timpal Nabila.
BACA JUGA: Mantan Pegawai KPK Blak-blakan, Ternyata Novel Baswedan
"Iya Nab," ucapku.
Nabila memang menjual es pisang cokelat. Es pisang cokelatnya berbeda dengan pedagang yang lain.
Pasalnya, setiap celupan cokelat begitu syahdu Nabila lakukan, sehingga cokelatnya sangat melekat dan meleleh di lidah.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News