Sukses Jadi Penari, Aku tak Pernah Lupa Beribadah

30 April 2021 01:20

GenPI.co - Tak terasa bulan ramadan tahun ini sudah memasuki minggu kedua. Bulan ramadan tentu menyimpan tantangan dan kenangan tersendiri bagi tiap muslim yang menjalaninya, termasuk diriku.

Namaku Rosmala Sari Dewi. Aku adalah seorang penari dan koreografer. Aku juga pemilik Sanggar Nyi Ronggeng dan Gandrung Dance Studio.

BACA JUGA: Desy Kaget, Perempuan Bisa Turut Salat Jumat di Masjid

Sebagai penari dan pelatih di sanggar tari, tentu aku butuh persiapan lebih dalam menjalani bulan ramadan tiap tahunnya.

Ramadan tahun ini pun terasa lumayan padat, karena ada beberapa festival dan pagelaran tari yang harus kami ikuti.

Sebagai pelatih tari, aku juga harus membuat materi tari untuk para murid didikku serta rekan-rekanku di sanggar.

Namun, kegiatanku sebagai penari sebenarnya tak pernah aku kurangi selama bulan ramadan tiap tahunnya. Aku justru lebih merasa jika aktivitasku berkurang akibat pandemi covid-19.

Saat bulan ramadan, aku dan para anggota sanggar biasa menggelar acara buka puasa bersama.

Aktivitas pribadiku dengan aktivitasku bersama anggota sanggar sedikit berbeda.
Aku sering memberikan santunan kepada mereka yang membutuhkan saat ramadan tiba.

Aku dan keluarga juga biasanya pulang kampung ke Tasikmalaya. Saat hari kemenangan tiba, aku selalu menggelar open house.

Tradisi itu pun tak berubah sedari aku kecil hingga hari ini.

Selain itu, karena almarhum Papaku suka memberikan ceramah dan mengajarkan anak-anak kompleks perumahanku untuk mengaji, biasanya rumah kami akan ramai didatangi bocah-bocah didikan almarhum Papa.

BACA JUGA: Kisah Syafira yang Belajar Sabar dan Bersyukur dari Ramadan

Almarhum Papa dulu mengajari anak-anak mengaji di rumah dan di masjid kompleks perumahan.

Sewaktu kecil, aku dulu suka ikut almarhum Papa mengajari anak-anak mengaji.
Lalu, almarhum Papa juga suka mewajibkan aku untuk melakukan hapalan surat-surat Aluran.

Saat malam tiba, pintu rumah harus ditutup dan televisi tak boleh dinyalakan. Sebab, kami sekeluarga diwajibkan almarhum Papa untuk mengaji.

Sekarang ini, tak sedikit juga anak-anak didikan almarhum Papa yang sudah dewasa.
 
Mereka sekarang datang ke rumah dengan membawa keluarga baru dan anak-anak mereka.

Namun, pandemi covid-19 membuat keluargaku tak melakukan open house tahun lalu dan kemungkinan besar tahun ini juga.

Lalu, keluargaku juga baru sempat pulang kampung ke Tasikmalaya pada Oktober 2020. Jadi, bukan saat hari Lebaran.

Untungnya, jumlah anggota keluarga intiku juga banyak, cucu Mamaku bahkan sampai ada 24 orang. Aku sendiri juga bagian dari sembilan bersaudara.

BACA JUGA: Puasa 19 Jam di Jerman, Gue Kangen Ngabuburit Cari Kolak

Jadi, ketika mereka melakukan kunjungan ke rumah, keramaian keluarga kami masih tetap terasa.

Biasanya, selama ramadan dan lebaran, Mamaku pasti akan memasak. Menu spesial Mama yang selalu ditunggu keluarga adalah opor ayam dan rendang.

Kami pun melakukan ibadah tarawih dan salat id di rumah bersama-sama. Biasanya, salat berjamaah dilakukan di studio nari yang kebetulan memang terletak di rumahku.

Saat masih kecil, aku suka keliling kompleks dan biasanya akan diberi uang saku. Aku bahkan menerima uang sampai banyak sekali, karena Papa guru mengaji di kompleks perumahan.

Sekarang, giliran aku yang didatangi anak-anak kompleks dan aku yang memberikan mereka uang saku.

Rumahku juga jadi tujuan utama anak-anak kecil itu, karena mereka paham kalau aku pasti akan memberikan uang saku.

Dulu aku juga suka keliling kompleks ikut takbiran malam-malam menggunakan gerobak. Walaupun aku ikut teriak-teriak, aku tak dimarahi oleh Mama dan almarhum Papa.

Mereka biasanya hanya menyuruhku pulang jika waktu dirasa sudah larut untuk masih berada di luar.

Menjalani bulan ramadan sebagai penari yang memiliki banyak aktivitas, membuatku sadar bahwa sesibuk apa pun seseorang, ibadah kepada Allah SWT tak boleh dilewatkan.

Hal itu adalah ajaran almarhum Papa yang tak pernah aku lupakan. Alhamdulillah, selama aku sibuk berkarya, ibadahku bisa tetap aku jaga dengan baik.

Sebenarnya, aku dulu sempat dilarang menari oleh almarhum Papa.

Aku juga sempat mengalami dilema antara melanjutkan keinginanku untuk menjadi penari atau masuk ke pesantren seperti yang diinginkan oleh almarhum Papa.

Namun, karena Mama mendorongku untuk tetap ada di bidang seni, akhirnya aku teguh untuk terus menapaki karierku sebagai penari.

Bagiku, bulan ramadan memang waktu di mana tiap orang dilatih lagi kesabarannya. Selain itu, ramadan juga momen terbaik untuk belajar menyempurnakan ibadah kita dan beramal.

Selain itu, apa pun aktivitas yang sedang dijalani untuk mengejar cita-cita, kita juga harus tetap menanamkan prinsip diri yang baik, seperti disiplin dan kerja keras.

Dan jangan lupa, iringi tiap langkah kita untuk menggapai cita-cita dengan ibadah.(*)

BACA JUGA: 10 Tahun Menetap di Jepang, Aku Rindu Tarawih di Masjid

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co