Bitcoin Jeblok, Ini 5 Aset Kripto yang Paling Diminati Investor

02 Juli 2022 06:14

GenPI.co - Industri aset kripto di Indonesia terus mengalami pertumbuhan hingga 2022. .

Dari data Kementerian Perdagangan, jumlah nasabah aset kripto telah mencapai 14,1 juta pada Mei lalu. Sementara itu, investor saham tercatat hanya 8,86 juta.

Selain itu, aset kripto di Indonesia mengalami lonjakan luar biasa. Per 2020, nilai transaksi aset kripto sebesar Rp 64,9 triliun.

BACA JUGA:  Kapolri Sampaikan Pesan ke Anak Buahnya, Ingat Jenderal Hoegeng

Satu tahun kemudian, per Desember 2021, angkanya melonjak sangat signifikan menjadi Rp 859,4 triliun.

Selama periode Januari hingga Mei 2022, tercatat sudah mencapai Rp 192 triliun.

BACA JUGA:  Seorang PNS Pengkhianat Jadi Pemasok Senjata KKB Papua

Ada hal menarik yang disebut dari data tersebut, bahwa ada lima jenis aset kripto teratas yang memiliki nilai transaksi tertinggi, yaitu Tether (Rp42,3 triliun), Bitcoin (Rp 18,5 triliun).

Ethereum (Rp14,2 triliun), Dogecoin (Rp 6,8 triliun), dan Terra (Rp 6 triliun).

BACA JUGA:  Harga Kripto Anjlok, Negara Ini Nyaris Bangkrut

Tether (USDT) sendiri adalah aset kripto stablecoin yang dipatok ke dolar AS. Itu dibuat untuk menstabilkan nilai tukar dalam transaksi aset digital.

Stablecoin USDT dirancang untuk mempertahankan harga konstan USD 1 dan didukung oleh cadangan dana yang besar atau rekayasa keuangan lainnya.

VP Growth Tokocrypto, Cenmi Mulyanto mengatakan laporan yang dikeluarkan oleh Kemendag sejalan dengan transaksi yang terjadi di platform-nya.

Dia mengungkap bahwa tiga jenis aset kripto teratas yang ditransaksinya di platfrom Tokocrypto adalah USDT, ETH dan BTC.

"Di platform kami tiga jenis aset kripto yang paling banyak di-trading adalah USDT, Ethereum dan Bitcoin. Untuk volume trading masing-masing belum bisa kami ungkap," kata Cenmi dalam siaran persnya yang diterima GenPI.co, Jumat (1/7).

Menurut CoinGecko, USD Tether (USDT) dan USD Coin (USDC) adalah dua stablecoin terbesar yang memiliki kapitalisasi pasar mencapai USD 66 miliar dan USD 55 miliar, pada 1 Juli 2022.

Cenmi sedikit mengungkap kenapa volume trading Tether mengalami lonjakan ketika kripto sedang bear market.

Menurut Cenmi, secara teori, nilai Tether seharusnya lebih konsisten daripada aset lainnya dan disukai oleh investor yang waspada terhadap volatilitas ekstrim dari koin lain.

Selama pasar naik, Bitcoin biasanya akan jauh mengungguli stablecoin. Namun, selama tekanan pasar, stablecoin menawarkan perlindungan dari volatilitas.

"Stablecoin mewakili satu-satunya tempat berlindung yang tersisa yang menawarkan pengembalian yang mengalahkan inflasi," jelasnya.

Meski begitu, Cenmi mengingatkan stablecoin adalah aset volatilitas yang lebih rendah, tetapi bukan tanpa risiko.

Waspadai hal ini dan jangan mengalokasikan investasi yang berlebihan dan selalu melakukan riset serta selalu menggunakan uang dingin, bukan dana darurat.

Cenmi mengatakan Tokocrypto masih memiliki daily trading volume yang terus tumbuh walaupun saat bear market.

"Dalam situasi bear market saat ini, daily trading volume harus diakui terjadi penurunan dari segi daily trading volume dari sebelumnya pada saat normal," pungkasnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cahaya

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co