GenPI.co— Maraknya kasus bullying terhadap anak di bawah umur yang sering terkuak di media sosial, membuat banyak orang tua resah.
Mengingat peran orang tua dalam mengajarkan anak agar tidak menjadi pelaku bullying, memegang peranan penting.
Terlebih adanya kasus yang baru-baru ini tengah viral di media sosial yang melibatkan 12 murid SMA di Pontianak, yang melakukan kekerasan terhadap seorang pelajar SMP.
Kondisi ini membuat psikolog anak dan keluarga bernama Anna Surti Ariani mengungkapkan komentarnya.
"Anak yang melakukan bully sebetulnya memerlukan penguasaan diri. Terlebih saat mereka masih kecil, jika kebutuhan itu tidak terpenuhi, membuat anak bersikap negatif kelak," ujar Anna (10/4).
Baca juga: Kata Psikolog Anak, Pelaku Bully Dihukum dengan Bermain
Menurutnya, peran orang tua yang selalu memberikan aktivitas padat seperti kegiatan belajar di luar sekolah, ditambah sikap orang tua yang keras, membuat anak cenderung melakukan aktivitas yang spontan. Situasi ini memicu emosi anak tidak stabil.
Kemudian anak menjadi pemarah dan emosional, sehingga ingin selalu diperhatikan.
"Andaikan anak-anak kita punya banyak ide untuk melakukan kegiatan lain yang bermanfaat, sehingga mereka tak perlu melakukan hal yang negatif," katanya.
Anna juga menjelaskan berbagai aktivitas yang bisa dikerjakan anak, harus disesuaikan dengan usianya.
Sebagai contoh saat anak memasuki usia taman kanak kanak, mereka harus diajarkan cara bermain dan melihat berbagai aktivitas menarik di luar sekolah.
Saat beranjak remaja, mereka diajarkan untuk komunikasi. Di tahapan usia ini, orang tua agar meluangkan waktu untuk berkomunikasi, sekaligus untuk mengetahui keinginan anak.
Selain komunikasi, pengenalan terhadap era digital ini sebaiknya disertai dengan bimbingan orang tua. Agar sedini mungkin anak sudah diajari tata cara penggunaan Internet dengan baik.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News