Serba Terbalik, Mengenal Boso Walikan Khas Malang

19 Maret 2019 12:29

GenPI.co- Berkunjung ke wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur punya ragam sapaan khas, seperti kera ngalam, oyi sam, tamales igap, ayas, umak, ewul, nakam. 

Bagi wisatawan yang pertama kali berkunjung ke Kota Apel ini, pasti asing dan tidak menghiraukannya. Namun sebenarnya itulah sapaan khas dari masyarakat Malang atau biasa disebut bahasa walikan.

Baca juga: Pantai Wedi Awu, Spot Surfing di Malang

Ketika diartikan, bahasa walikan atau dalam bahasa Indonesia bahasa kebalikan ini merupakan bahasa asli dan digunakan sehari-hari oleh hampir seluruh warga Malang. 

Sejatinya bahasa walikan merupakan campuran dari bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa, namun dalam penyampaiannya kalimat itu dibalik. 

Seperti contoh kalimat kera ngalam yang ketika dibalik menjadi arek Malang. Ayo...

Tetapi terdapat beberapa kata khusus yang disebut berasal dari bahasa lain. Dua kata yang paling banyak digunakan dan tidak berasal dari bahasa Indonesia atau Jawa adalah ojir dan ebes (uang dan bapak). 

Dua kata tersebut  merupakan kata yang khas sekali dengan boso walikan, tapi tidak berasal dari bahasa Indonesia dan Jawa.

Tak sembarangan, konon bahasa walikan ini dulunya merupakan salah satu cara berkomunikasi yang digunakan oleh pejuang-pejuang asal kota Malang, agar dapat membedakan mana musuh mana lawan. 

Semua ini mengacu berdasar buku Malang Tempoe Doeloe dari Dukut Imam Widodo.

Buku tersebut menjelaskan bahwa bahasa ini diciptakan oleh kelompok Gerilya Rakyat Kota yang berjuang di wilayah sekitar Malang, dan berkembang sekitar tahun 1949 pada masa perang kemerdekaan. 

Seorang tokoh pejuang Malang pada saat itu yaitu Suyudi Raharno mempunyai gagasan untuk menciptakan bahasa baru bagi sesama pejuang, sehingga dapat menjadi suatu identitas tersendiri sekaligus menjaga keamanan informasi.

Bahasa tersebut haruslah lebih kaya dari kode dan sandi serta tidak terikat pada aturan tata bahasa baik itu bahasa nasional, bahasa daerah, maupun mengikuti istilah yang umum dan baku. 

Bahasa campuran tersebut hanya mengenal satu cara baik pengucapan maupun penulisan yaitu secara terbalik dari belakang dibaca kedepan.

Pada akhirnya bahasa ini memang terbukti ampuh untuk mengirim pesan sekaligus mengetahui mata-mata yang menyusup.

Eyip, kapan umak ladub piknik nang Malang ker !! Ayo, ada yang bisa menerjemahkannya gak ya?

.


Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina
malang   jawa timur  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co