Mengenal Sindrom Harapan Palsu Atau Percaya Diri Yang Salah

18 Desember 2020 23:35

GenPI.co - Menjelang tahun baru, orang-orang sudah siap dengan resolusi mereka. Beberapa orang melakukan diet, sementara lainnya memutuskan untuk berhenti merokok atau minum. 

Upaya untuk memperbaiki diri dan membuat versi baru ini mungkin berhasil atau  tidak untuk semua orang. 

BACA JUGA: 4 Penyandang Disabilitas Ini Menjadi Tokoh Dunia

Meskipun demikian, upaya untuk mengubah diri memberikan perasaan puas, yang lebih baik daripada penyesalan karena tidak mencoba sama sekali.

Memiliki pencapaian dan sering gagal biasa disebut 'False Hope Syndrome' FHS atau sindrom harapan palsu. 

Orang percaya bahwa mengubah diri itu mudah, yang membuat mereka menetapkan tujuan tinggi untuk diri mereka sendiri yang seringkali tidak realistis. 

BACA JUGA: 5 Tips Mendaki Gunung untuk Penyandang Disabilitas Daksa

FHS adalah kecenderungan untuk memiliki keyakinan yang tidak realistis tentang apa yang diperlukan untuk mengubah perilaku. 

Wajar jika orang mengharapkan hal-hal baik sebagai imbalan atas perubahan bagi diri mereka.

Namun, harus disadari adalah ekspektasi perubahan yang realistis dan tidak sebelum membuat resolusi apa pun karena kegagalan tersebut dapat memengaruhi beberapa orang secara psikologis.

Ada empat kategori utama di mana ekspektasi menjadi tidak realistis, antara lain jumlah perubahan yang diharapkan, kecepatan perubahan, kemudahan dalam pemcapaian, hasilnya dan tujuan mereka. 

Untuk itu, kamu yang terkena sindrom harapan palsu sebaiknya berdamai dengan diri sendiri.

Harapan palsu datang ketika seseorang ingin mencapai tujuan cepat dan mudah, ketika tidak bisa mencapainya, orang tersebut menjadi frustrasi dan menyerah untuk berubah. 

Fenomena ini merupakan gambaran FHS yang ditandai dengan rasa percaya diri yang salah. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co