GenPI.co - Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Diaz Hendropriyono menganggap kebebasan pascareformasi agak kebablasan.
Diaz yang juga Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), lantas menyebut faktor itu telah memicu radikalisme tumbuh di Indonesia.
BACA JUGA: Meniti Karier Dari Model, Kini Jadi Stafsus Menteri
“Masalahnya mulai dari reformasi itu, ketika kita reformasi 1998 dan 1999, kita mungkin rada kebablasan dalam hal kebebasan,” ujar Diaz di Podcast Deddy Corbuzier, Selasa (15/12/2020).
Diaz pun menyebut di masa-masa itu, muncul tokoh-tokoh seperti Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir yang kemudian membuat jejaring di Indonesia.
Namun, tak lama kemudian kelompok itu melarikan diri ke Malaysia.
“Jadi, orang-orang ini enggak berani waktu zaman Soeharto,” kata dia.
Menurut Diaz, pascareformasi kelompok-kelompok tersebut kembali ke Indonesia dan mulai mengumpulkan lagi para pengikutnya.
Hal itu disebabkan karena kebebasan pascareformasi dinilai menjadi celah yang bisa mereka manfaatkan.
“Wah Jemaah Islamiyah gila itu, mereka organisasinya terstruktur, sampai dibagi ada empat area operasi,”
Jadi, situasi pascareformasi telah membuat radikalisme mempunyai tempat.
Terlebih, adanya inisiasi atau motivasi yang memungkinkan kelompok radikal dapat bertemu dengan jaringan global, seperti Al-Qaeda.
Namun, meski organisasi tersebut berbasis agama, Diaz menegaskan tujuan mereka bukanlah untuk agama.
BACA JUGA: Dijamu Stafsus Presiden, Mahasiswa Islam Protes soal UU Ciptaker
Diaz menganggap kelompok mereka murni untuk kepentingan politik. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News