GenPI.co - Di era sekarang, dunia fashion masih sering dipengaruhi oleh norma dan adat. Apalagi di Indonesia, cara berpakaian acap kali selalu dikelompokkan berdasarkan gender tertentu.
Desainer kenamaan Oscar Lawalata melihat dari sudut pandang berbeda. Menurutnya definisi mode sebaiknya tidak berdasarkan dengan gender atau jenis kelamin tertentu.
BACA JUGA:
"Saya pun juga melihat sebuah kebudayaan saya mempelajarinya gitu. Bahwa untuk pakaian pun dulu tidak ada gendernya loh. Tidak harus laki-laki memakai celana," ungkap desainer 43 tahun itu dalam Live YouTube belum lama ini.
Perancang 43 tahun ini memberi contoh jika kaum laki-laki bisa saja memakai baju yang cenderung feminin, seperti dress.
Ia menyebut jika hal ini sering dilakuakn kaum adam di negera Timur Tengah dalam berpakaian sehari-hari.
"Kenapa tidak boleh laki-laki memakai dress? Padahal kalau baju di Timur Tengah sana kan para musafir kan bajunya seperti kaftan. Dan itu masuk kategori dress. fashion is no gender," terangnya.
Berbicara soal gender dalam fashion, kakak kandung aktor Mario Lawalata ini menjelaskan jika terdapat banyak layer yang seharusnya harus dibuka. Mulai dari soal rasa, warna dan tekstur.
"Itu kan pemahamannya mendalami sebuah bentuk, menerawang sebuah desain, melihat warna, proses, tekstur. Ternyata di situ ada permainan rasa ya! Seni itu kan kaitannya dengan rasa," imbuhnya.
BACA JUGA:
Selama berkarir, Oscar pernah memenangkan International Young Creative Entrepreneur Award (IYCE) 2009 di Inggris bersama wakil Indonesia lainnya, Mahrizal Paru.
Oscar berhasil menarik perhatian juri karena mempekerjakan 20 orang dan memiliki omset Rp100 juta per bulan.
Ia juga jadi sorotan karena kerja samanya dengan sekitar 100 orang pembatik, penenun, dan pengrajin perhiasan tradisional di Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Jawa sejak 1999.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News