GenPI.co - Kasus penyalahgunaan narkoba yang menjerat penyanyi Reza Artamevia makin menambah panjang deretan selebritas atas kasus ini.
Reza ditangkap di sebuah restoran di Jatinegara setelah membeli sabu-sabu kepada seseorang.
BACA JUGA: Reza Artamevia Terjerat Kasus Narkoba, Begini Deretan Faktanya
Saat ditangkap barang bukti yang ditemukan adalah sabu-sabu seberat 0,78 gram.
Pelantun 'Berharap Tak Berpisah' ini mengaku menggunakan narkoba jenis sabu sejak empat bulan terakhir karena di masa pandemi ini.
"Saya masih mendalami motifnya. Biasanya publik figure yang tertangkap memang mengaku biasanya karena di rumah saja,” ujar Kombes Yusri Yunus, Kabid Humas Polda Metro Jaya saat jumpa pers di Polda Metro Jaya, Minggu (6/9/2020).
Kasus penggunaan narkoba jenis sabu memang terbilang cukup tinggi. Banyak orang menggunakan sabu untuk mendapatkan efek psikologis.
Efek yang paling diinginkan adalah perasaan euforia dan bersemangat.
Namun tanpa sadar pemakaian barang ini menimbulkan efek buruk bagi kesehatan dalam jangka lama.
Menurut dr. Dyan Mega Inderawati dari Klikdokter, pemakaian sabu bisa menimbulkan gejala-gejala psikosomatik, paranoid, halusinasi dan agresivitas.
Kelebihan pemakaian obat ini akan membuat orang menjadii mudah tersinggung dan berani berbuat sesuatu yang mengambil risiko.
Selebihnya dokter Dyan merinci efek negatif sabu untuk kesehatan, apa saja?
Pemakaian sabu, apalagi yang berlebihan, menyimpan potensi bahaya besar untuk kesehatan fisik.
Dampak stimulan pada obat ini menyebabkan kerja jantung dan pembuluh darah tubuh menjadi berlebihan.
Peningkatan tekanan darah, baik sistolik dan diastolik, sangat nyata pada penggunaan sabu.
Kondisi tersebut biasanya dibarengi dengan denyut jantung yang kencang.
Bukan hal yang mengejutkan jika jenis narkotika ini akan membawa dampak sangat berbahaya bagi penderita hipertensi atau darah tinggi.
“Sabu juga bisa menimbulkan efek kejang sampai perdarahan otak. Saya pernah secara langsung melihat di unit gawat darurat pasien wanita yang mengalami kejang dan perdarahan otak akibat penggunaan sabu-sabu yang berlebihan, hingga akhirnya meninggal,” ujar Dyan.
Tak ayal, penggunaan sabu turut meningkatkan suhu tubuh sampai tinggi sehingga menyebabkan demam luar biasa pada penggunanya.
Perlu dicatat bahwa peningkatan suhu tubuh yang berlebihan juga sangat berbahaya karena memengaruhi otak dan menimbulkan kejang.
Penggunaan narkoba golongan metamfetamin juga dihubungkan dengan penurunan jumlah sel saraf di sistem saraf pusat.
Kemampuan regenerasi sistem saraf pusat menjadi berkurang sehingga kerusakan sel saraf menjadi tidak dapat diperbaiki.
Penggunaan metamfetamin dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada otak secara menyeluruh.
Beberapa bagian otak yang dapat mengalami kerusakan pada penggunaan metamfetamin yaitu hipokampus yakni bagian otak ini berperan dalam proses mengingat dan mempelajari informasi baru.
Selain itu Striatum. Struktur subkortikal pada bagian otak ini memiliki fungsi krusial, yaitu pergerakan dan konsentrasi.
Korteks parietal di mana bagian otak ini berfungsi untuk memvisualisasikan objek yang bersifat nonverbal.
BACA JUGA: Rekam Jejak Reza Artamevia Gunakan Narkoba, Astaga!
Lalu korteks frontal dan prefrontal. Bagian otak ini memiliki peran penting dalam mengatur kemampuan kognitif, meliputi reasoning, problem-solving, dan juga konsentrasi.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News