Paket wisata pembelajaran di ruang luar yang ditawarkan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pandanaran di Desa Wisata Kandri, digemari banyak pengunjung. Paket ini menawarkan belajar pertanian, peternakan dan perikanan.
Menurut pengelola Pokdarwis Pandanaran Gatot Mujiono, pengunjung dapat memilih berbagai paket wisata yang ada. Kegiatan eksplor view desa dan areal persawahan, belajar menanam padi, menangkap ikan ataupun belajar membuat cinderamata di Kandri Ethnic, masih menjadi unggulan.
“Kami punya Omah Pintar Petani (OPP) untuk belajar pertanian dan peternakan serta Sanggar Omah Alas untuk belajar budaya, Kandri Ethnic untuk belajar membuat seni kerajinan tangan,” terangnya di Semarang, Rabu (22/1).
Dijelaskan, pihaknya juga mengkolaborasikan paket dengan potensi kuliner setempat yakni singkong. Jika menghendaki, wisatawan dapat mengambil paket kuliner mulai dari memanen singkong lalu mengolahnya menjadi berbagai aneka cemilan yang lezat.
Selain itu, khusus untuk pengunjung anak-anak sekolah, juga diajari cara melukis caping (topi lebar yang biasa dipakai petani). Hasilnya juga langsung dapat dibawa pulang oleh peserta paket sekaligus sebagai souvenir.
“Paket wisata kami sekaligus berusaha menanamkan pendidikan karakter bagi siswa agar memahami lingkungan dan alam karena banyak anak sekolah sekarang tinggal di kota. Kegiatan menanam padi, menangkap ikan atau main di sawah sangat digemari mereka,” tukasnya.
Ditambahkan, saat ini pengunjung yang datang cukup bervariasi. Jika di tahun lalu, kebanyakan pengunjung datang dari kelompok pendidikan, sekarang sudah berasal dari berbagai kelompok seperti swasta, PKK ataupun dari instansi bahkan wisatawan umum
Siswa TK Don Bosko antusias diajak menanam padi di areal sawah yang penuh lumpur di sela field trip ke Desa Wisata Kandri. Foto: gus Wahid
Salah satu guru TK Don Bosko Serafin Aic Priharlina yang mengunjungi Desa Wisata Kandri mengakui jika field trip ke desa wisata adalah untuk pertama kali. Pihaknya ingin memperkenalkan lingkungan desa kepada 103 siswa.
“Siswa semuanya tinggal di kota jadi tidak banyak yang tahu mengenai kondisi desa ataupun sawah,” tuturnya.
Sebelumnya, pihaknya hanya mengajak siswa ke tempat wisata. Karenanya, pengalaman baru dalam field trip ini diharapkan dapat melatih fisik dan motorik fisik anak serta kerjasama antar mereka.
Keberadaan desa wisata di lingkungan kota metropolitan seperti Semarang, dinilainya sangat positif. Ia berharap, pengelola dapat terus menjaga eksistensi lingkungan, keramahtamahan serta gaya hidup ‘ndeso’ yang ternyata tidak lagi ditemui masyarakat perkotaan.
“Letaknya juga tidak terlalu jauh dari kota, fasilitasnya komplit serta aksesnya sudah bagus. Saya kira Desa Wisata Kandri adalah yang terbaik,” pungkasnya.
Baca Juga : Gule Bustaman, Legenda Kulineri Hasil Akulturasi Kebanggaan Semarang
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News