Revitalisasi Kota Lama dikebut pengerjaannya agar dapat rampung Maret 2019 ini.
Hal itu disampaikan Ketua Badan Pengelolaan Kawasan Kota Lama (BPK2L) Hevearita Gunaryanti Rahayu di Semarang, Kamis (17/1). Menurutnya, pengerjaan ini molor dari target rampung akhir tahun 2018 karena beberapa hal.
“Ditargetkan bulan Maret 2019 pekerjaan utama bisa selesai, termasuk street furniture, jadi sisanya nanti tinggal finishing saja,” terangnya.
Dijelaskan, tidak mudah melakukan revitalisasi infrastruktur di Kota Lama yang saat ini sedang proses pengajuan sebagai World Heritage ke Unesco. Apalagi kawasan tersebut adalah area cagar budaya.
Berbagai dinamika selama revitalisasi seperti ketika akan memasang batu andesit tapi lahan yang akan dipasangi batu malah digunakan untuk parkir, juga menjadi kendala. Selain itu musim hujan juga menjadi kendala teknis.
“Untuk debu pasti akan kami minimalisir dengan melakukan penyiraman berkala, kami minta warga bersabar,” imbuh Ita panggilan akrabnya yang juga Wakil Walikota Semarang.
Ditambahkan, selain mundur waktu penyelesaian, anggaran revitalisasi juga membengkak dari Rp 156 miliar mencapai sekitar Rp 170 miliar. Meski demikian, seluruh anggaran berasal dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR) Rakyat.
Untuk itulah Ita berharap, warga, wisatawan dan pemilik bangunan yang ada di kawasan tersebut untuk bersabar. Nantinya jika sudah rampung, ia optimis Kota Lama dapat menyumbang angka kunjungan wisatawan Kota Semarang yang dipatok di angka 5,7 juta di tahun ini.
Konsultan PT Brantas Abipraya Sonny Cahyo Bawono menambahkan, molornya revitalisasi Kota Lama salah satunya karena ada perubahan desain hingga problem sosial dan lingkungan yang muncul. Semula, desain awal akses jalan adalah menggunakan paving baik untuk jalan utama maupun untuk pedestrian.
Pekerjaan itu bahkan sudah jadi di ujung Jalan Letjen Suprapto, tepatnya di sisi Hotel Aston serta komplek Susteran Gedangan. Namun saat Menteri PUPR Basuki Hadimuljono melakukan pengecekan, ia tidak berkenan karena dianggap kurang bagus untuk kawasan heritage ini. Karenanya, desain diminta diganti menggunakan struktur batu andesit atau batu alam agar lebih mendukung program revitalisasi Kota Lama sehingga dapat segera diakui Unesco sebagai World Heritage di tahun 2020.
“Desain diganti total sesuai permintaan Bapak Menteri PUPR dan meski diminta langsung Bapak Menteri namun selanjutnya tidak mudah. Kami masih tetap perlu ke BPK dan instansi lain sesuai peraturan perundang-undangan untuk bisa merealisasikan pekerjaan,” pungkasnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News