Dokter dan perawat medis menjadi garda terdepan dalam menangani pasien yang positif terpapar virus corona. Bahkan tulisan "Kami Tetap Bekerja Untuk Kalian, Kalian Tetap di Rumah Untuk Kami" curuhan hati soerang dokter.
Mereka mengajak masyarakat Indonesia membatasi jarak fisik dan tidak keluar rumah untuk mencegah penyebaran potensi COVID-19 melalui ruang publik.
BACA JUGA: Update Corona 25 Maret: 790 Pasien Positif, 58 Orang Meninggal
Hal itu diungkapkan dan dialami oleh seorang bokter bernama Alexander Randy yang bertugas di salah satu rumah sakit rujukan untuk menangani pasien COVID-19.
Ada banyak hal yang harus dialami petugas medis menangani virus yang menyerang saluran pernafasan itu berlangsung mulai dari kesulitan mendapatkan Alat Pelindung Diri (APD) hingga tidak bisa berkumpul dengan keluarga untuk keselamatan bersama.
Pria yang akrab dipanggil Dokter Randy itu menceritakan ia tergolong baru. Dokter spesialis penyakit dalam itu baru menangani kasus COVID-19 selama dua minggu terakhir usai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menunjuk tempatnya mengabdi sebagai rumah sakit khusus menangani pasien positif corona.
"Fasilitas gedungnya kan masih baru, awalnya memang untuk pengembangan. Tapi berhubung dengan COVID-19 ini akhirnya di buka khusus untuk pasien corona," kata Randy dilansir Antara, Rabu (25/3).
Pada minggu pertamanya, ia menjadi satu- satunya dokter spesialis dalam yang bertugas di rumah sakit itu dengan kondisi beberapa pasien dalam pengawasan (PDP) dan positif COVID-19 sudah dirawat di tempatnya bekerja.
BACA JUGA: Hati-hati, 3 Zodiak Ini Doyan Selingkuh
Hal itu disebabkan rekan seprofesi yang juga spesialis penyakit dalam justru menjadi Orang Dalam Pengawasan (ODP). Meski demikian ia mengaku bersyukur, respons Dinas Kesehatan DKI Jakarta cukup cepat dalam menangani kondisi itu dengan menambahkan dokter perbantuan.
"Kemarin sempat seminggu saya sendiri (menangani pasien COVID-19). Lalu Dinkes DKI kasih perbantuan, jadi yang aktif sekarang dua," ujar Randy.
Kisahnya pun berlanjut terkait kendala mendapatkan APD untuk penanganan pasien COVID-19 yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dari Kementerian Kesehatan.
Dengan jumlah petugas yang cukup banyak baik bagi dokter dan perawat dalam satu hari rumah sakit tempat Dokter Randy bekerja sempat membatasi maksimal hanya 30 pasang APD untuk para petugas.
"APD itu berlapis jadi sebetulnya (petugas medis) nggak nyaman. Karena itu kami batasi perawat lewat jangka waktu kerja dengan shift lebih pendek," katanya.
BACA JUGA: Sedih, Tim Medis Pasien COVID-19 Ditolak Pulang Sama Tetangga
Randy pun mengatakan kemungkinan pasien dapat terus bertambah. Dia pun sudah mempersiapkan diri untuk skenario terburuk yaitu harus bertahan di Rumah Sakit dan tidak kembali ke rumah.
Selain mempersiapkan diri untuk skenario terburuk, hal terberat yang harus dijalani para petugas medis merawat pasien COVID-19 adalah sulitnya bertemu dengan orang-orang terkasih terutama keluarga dan sahabat.
Tidak sedikit petugas medis yang akhirnya memilih membatasi diri tidak bertemu dengan orang-orang yang dikasihinya. Itu hanya untuk menjaga agar tidak ada potensi penyebaran penyakit.
"Karena saya dokter dan kerja di rumah sakit. Saya nggak tahu apakah di badan saya kumannya ada atau nggak," imbuhnya. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News