Wajah-wajah Kusam Pelabuhan Sunda Kelapa di Era Milenial

10 Desember 2018 08:22

Namanya Kusamto, biasa disapa Pak Kusam. Lelaki 57 tahun, asal Pekalongan, Jawa Tengah, ini menghabiskan hidupnya selama 30 tahun sebagai kuli bongkar muat di Pelabuhan Sunda Kelapa, Penjaringan, Jakarta Utara. 

Saat itu matahari mulai naik, Kusam mulai bersiap-siap kerja. Ia mulai memakai kaus dan topi bundar di kepalanya. Ia bersama 10 rekannya menjadi buruh angkut kapal kayu.Setelah berpakaian lengkap, Kusam mulai menuruni kapal dengan bantuan tali tambang. Kakinya menapak pada jembatan kayu kecil yang menghubungkan ke darat. 

Kusam berhasil mendaratkan tubuhnya dengan baik. Ia pun bergegas menuju truk tempat ia mengangkut barang. Langkahnya sedikit tertatih. Saban harinya, Kusam memanggul 10 ton barang dipundaknya. Memang sangat berat, tapi bagi Kusam manggul 10 ton hal yang enteng. Maklum, Kakek 5 cucu ini sudah terbiasa."Saya mulai kerja di sini tahun 1980 an," katanya saat ditemui belum lama ini

Saat jeda, Kusam menuturkan bahwa waktu istirahatnya hanyalah sebentar. Sementara, untuk hari libur ia menyebut bisa ia atur sendiri. Tidak ada aturan yang mengikat. "Cuma istirahat jam 12 siang doang. Itu setiap hari. Kalau hari libur mah diatur sendiri, Minggu libur gitu," tutur Kusam, sambil pamit mau bekerja lagi. 

Bagi kaum milenial Pelabuhan Sunda Kelapa bisa menjadi sala satu destinasi wisata yang menarik. Selain memiliki nilai sejarah tinggi, Pelabuhan Sunda Kelapa bisa menjadi spot selfi maupun swafoto.

Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki sejarah panjang sebagai cikal bakal nama Jakarta. Pelabuhan ini sempat berganti nama beberapa kali namun berdasar SK Gubernur DKI Jakarta tanggal 6 Maret 1974 nama Sunda Kelapa ditetapkan sebagai nama resmi pelabuhan ini.

Pelabuhan Sunda Kelapa sejatinya sudah ada sejak abad ke-5 dan merupakan pelabuhan yang berada dibawah kepemilikan Kerajaan Tarumanegara. Namun pada abad ke-12 berpindah tangan menjadi milik Kerajaan Sunda.

Sejak Kerajaan Sunda berhasil menguasai pelabuhan ini, Pelabuhan Sunda Kelapa berhasil berkembang menjadi salah satu pelabuhan penting yang ada di pulau Jawa, mengingat lokasinya yang cukup strategis.

Selain pedagang-pedagang dari berbagai daerah di Nusantara yang melakukan kegiatan perdagangan di pelabuhan ini, tak jarang pedagang – pedagang asing dari negeri luar seperti Tiongkok, Arab, India, Inggris dan Portugis. Bangsa Portugis bahkan membangun relasi dengan Kerajaan Sunda hingga diizinkan membuat kantor dagang di sekitar pelabuhan.

Kesultanan Demak yang melihat hubungan Portugis dengan Kerajaan Sunda sebagai sebuah ancaman, kemudian merencanakan penyerangan atas Sunda Kelapa. Pada 22 Juni 1527,pasukan gabungan Kesultanan Demak-Cirebon dibawah pimpinan Fatahillah menyerang dan berhasil menguasai Sunda Kelapa dan merubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Peristiwa ini kemudian diingat sebagai ulang tahun Kota Jakarta.

Setelah Demak berkuasa, Belanda dibawah pimpinan Cornelis de Houtman tiba pertama kali di Pelabuhan Sunda Kelapa pada tahun 1596 dengan tujuan utama mencari rempah-rempah, mengingat pada saat itu rempah – rempah merupakan komoditas utama di Belanda karena berbagai khasiatnya seperti obat, penghangat badan, dan bahan wangi-wangian.

Pada tahun 1610 Belanda membuat perjanjian dengan Pangeran Jayawikarta atau Wijayakarta penguasa Jayakarta dan membuat suatu perjanjian. Dalam perjanjian tersebut, disebutkan bahwa Belanda diijinkan membuat gudang dan pos dagang di timur muara sungai Ciliwung.

Setelah perjanjian disetujui Belanda pun mendapat keuntungan yang besar akibat perdagangan rempah-rempah yang mereka lakukan di negeri asal mereka. Melihat keuntungan yang pesat, Belanda akhirnya memutuskan untuk melakukan ekspansi di Jayakarta dan kemudian menggant nama Jayakarta menjadi Batavia.

Di bawah kekuasaan Belanda, pelabuhan Sunda Kelapa kemudian direnovasi. Semula pelabuhan Sunda Kelapa yang tadinya hanya memiliki kanal sepanjang 810 meter, diperbesar hingga menjadi 1.825 meter.

Kini, Pelabuhan Sunda Kelapa tidak terlihat sesibuk saat masa jayanya. Pelabuhan ini sekarang hanya melayani jasa untuk kapal antar pulau di Indonesia. Namun mengingat memiliki nilai sejarah yang tinggi, kini pelabuhan ini dialihfungsikan menjadi situs sejarah. 

Tugas kita menjaga situs sejarah ini agar tak kusam lagi wajah-wajah Pelabuhan Sunda Kelapa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cahaya

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co