Jet Rafale Prancis vs Sukhoi-35 Rusia, Menhan Prabowo Pilih Ini..

24 Januari 2020 03:45

GenPI.co - Presiden RI Joko Widodo mengagendakan rapat terbatas (ratas) kabinet membahas masalah pertahanan, khususnya alat utama sistem persenjataan (alutsista), di Surabaya, Jawa Timur.

BACA JUGA: Kapal Selam Alugoro 405 Gahar Banget, Kekuatan Indonesia Melejit

"Minggu depan kami akan rapat terbatas dengan Pak Menhan, nanti di Surabaya," ungkap Presiden Jokowi usai pengarahan pada rapat pimpinan jajaran Kemenhan, TNI, dan Polri di Lapangan Bhinneka Tunggal Ika Kemenhan Jakarta, Kamis (23/1).

BACA JUGA: Jet Tempur Rafale Prancis Gahar Banget, Ini Kata Menhan Prabowo

Menurut Presiden Jokowi, bahwa pemerintah sedang menjajaki kerja sama dengan negara lain dalam pengadaan alutsista.

"Beberapa sudah dijajaki oleh Pak Menhan, baik yang dengan Prancis, dengan Korea Selatan, maupun negara-negara di Eropa Timur, dan segera akan diputuskan, minggu depan kami akan rapat terbatas," jelas Presiden Jokowi.

BACA JUGA: Selat Hormuz Memanas, Korea Selatan Kerahkan Satuan Anti-Pembajak

Sementara itu, mengenai kerja sama dengan Prancis terkait dengan alutsista, Jokowi mengatakan, "Belum diputuskan."

"Nanti, minggu depan baru kita bicarakan, di bidang apa? Untuk peralatan apa? Nanti diputus minggu depan," ungkap Presiden.

BACA JUGAIran Nekat Aktifkan Nuklir, Amerika Serikat Kelabakan

Sebelumnya, Menhan Prabowo Subianto melawat ke Prancis untuk penjajakan mengenai Alutsista, dan negeri menara Eiffel ini memiliki Jet tempur handal yakni Dessault Rafale itu dirancang sebagai pesawat yang berpangkalan di daratan maupun di kapal induk.

BACA JUGA: PNS Usia 45 Tahun ke Bawah, Siap-siap Lakukan Ini ya...

Mengutip laman Dassault-Aviation, Dessault Rafale didesain bersayap delta dipadukan dengan kanard (aeronautika) aktif terintegrasi untuk memaksimalkan kemampuan manuver zero gravity atau G (+9 G atau -3 G) untuk kestabilan terbang.

Hebatnya lagi, Dessault Rafale (Squall) juga bisa bermanuver hingga 11 G dalam keadaan darurat, dengan laju kecepatan pendaratan hingga 115 knot.

Jet tempur Dessault Rafale disebut memiliki panjang 15 meter dengan tinggi 5 meter, serta memiliki kecepatan maksimal 2.130 km per jam.

Dessault Rafale dilengkapi sistem bantuan pertahanan terintegrasi bernama SPECTRA, yang bisa melindungi pesawat dari serangan udara maupun darat dengan teknologi siluman virtual berbasis perangkat lunak.

teknologi tersebut pernah ditunjukkan dalam sebuah pertempuran di Libya, di mana Rafale dapat melaksanakan misi secara independen untuk menghancurkan alat Pertahanan Udara Musuh (SEAD).

Rafale dapat menggunakan beberapa sistem sensor pasif. Sistem optik-listrik bagian-depan atau Optronique Secteur Frontal (OSF), dikembangkan oleh perusahaan Thales Group. 

Sistem perlindungan diri elektronik SPECTRA memberi pesawat ini kemampuan untuk bertahan melawan ancaman dari udara maupun daratan.

Sementara itu, sistem radar juga dilengkapi RBE2 AA, berupa active electronically scanned array (AESA). Alat ini memiliki kemampuan mendeteksi musuh hingga 200 kilometer. 

Radar ini diklaim sangat andal dalam mendeteksi lawan dan mengurangi perawatan dibandingkan jenis sebelumnya.

Dessault Rafale dilengkapi dua unit mesin Snecma M88, mesin ini membuat pesawat mampu melesat hingga 1,8 mach atau 1.912 km per jam dengan ketinggian puncak, dan ketinggian rendah 1,1 mach atau 1.390 km per jam.

Untuk persenjataan, pesawat ini memiliki GIAT 30/719B cannon dengan 125 bulatan hingga rudal nuklir ASMP-A. 

Selain Prancis sebenarnya Indonesia ingin membeli 11 jet tempur Su-35 Rusia, yang sudah berlangsung sejak dua tahun silam. 

Bukan tanpa alasan, Sukhoi Rusia itu terasa berat masuk Indonesia.

Karena dibelakang rencana tersebut, Amerika Serikat dan sekutunya merasa meriang Indonesia memiliki alutsista canggih asal negeri Beruang Merah itu.

Hal tersebut kembali menyeruak tatkala ancaman terhadap Indonesia terkait pembelian Sukhoi diungkapkan oleh Wakil Duta Besar Rusia di Jakarta, Oleg V Kopylov, dalam jumpa pers yang digelar di kantornya, Rabu (18/12).

Kopylov mengungkapkan ada sejumlah negara tak menyukai rencana Indonesia membeli 11 jet tempur Sukhoi Su-35. 

Negara-negara tersebut bahkan mengancam Indonesia agar tidak membeli Sukhoi Su-35.

"Meski beberapa negara mencoba mengancam Indonesia. Tapi Indonesia tak merasa terancam, ini sangat bagus," kata Kopylov di kantornya.

Kopylov enggan membeberkan negara-negara yang mengancam Indonesia itu. 

Meski begitu, ia menyatakan kontrak pembelian jet tempur senilai Rp 16,75 triliun itu masih terus berlanjut.

Dan sebelum Prabowo Subianto menjadi menteri pertahanan, ancaman berupa sanksi itulah yang membuat militer Indonesia berhati-hati untuk mengakuisisi pesawat tempur tersebut.

Direktur Kerja Sama Internasional dan Kebijakan Regional Rostec Rusia, Victor Kladov, membeberkan ancaman Washington terhadap Jakarta.

"Kami merasa beberapa negara lebih berhati-hati. Misalnya, kemarin saya berbicara dengan Kepala Angkatan Udara Indonesia dan dia menyebutkan CAATSA, hukum AS," jelas Kladov.

Hal tersebut mengacu pada Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CATSAA), sebuah undang-undang AS yang mengamanatkan penjatuhan sanksi terhadap negara-negara yang membeli senjata Rusia, Korea Utara dan Iran.

"Dari apa yang dia katakan, saya mengerti mereka menerima ancaman. Mereka tergantung tidak hanya pada peralatan Rusia, mereka tergantung pada sebagian besar peralatan buatan AS." jelas Kladov.

"Maka akan ada pelanggaran keamanan di pertahanan nasional di Indonesia. Jadi, mereka sangat berhati-hati," papar Kladov.

Jadi bila melihat dari sisi kemudahan dan kecanggihan, maka tak khayak bila saat ini membutuhkan jet tempur, Menhan Prabowo dipastikan akan memilih produk Jet tempur Dessault Rafale dari pada Sukhoi SU-35 yang bisa berujung pada penjatuhan sanksi oleh Amerika Serikat. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co