GenPI.co - Cerita ini berawal saat saya mengikuti serangkaian acara bertemakan budaya.
Acara tersebut berlangsung di sebuah hotel yang berada di Pantai Anyer, Banten.
Inilah yang mengharuskan saya bermalam di sebuah hotel megah dengan arsitektur Kolonial.
BACA JUGA: Kisah Perias Mayat: Lupa Izin, Arwah Penasaran Terus Mengikutiku
Jika saya taksir, usia hotel tersebut tidak terlalu tua hanya saja suasananya seperti itu.
Awalnya saya hanya berpikir sedang tak enak hati lantaran lelah saat masuk ke dalam hotel tersebut.
Bulu kuduk berdiri, kepala menjadi berat dan tengkuk terasa kaku.
BACA JUGA: Andai 3 Pasangan Zodiak Ini Bersama, Dijamin Cintamu Berantakan
Saya pun tidak menaruh curiga, bahkan saya dengan santainya menyusuri setiap lorong di gedung tersebut untuk menuju ke kamar.
Namun, sekali lagi saya masih merasa tidak santai.
Sembari menggeret koper saya akhirnya berada di depan kamar.
BACA JUGA: Pesona Menhan Prabowo Subianto, Bak Superstar...
Entah kenapa, sebelum masuk ke dalam kamar saya ingin mengetuk pintu sebanyak tiga kali.
"Tok... tok... tok..."
Setelah keycard saya berhasil membuka pintu kamar, aroma lembab menyeruak ke luar kamar seiring saya mendorong daun pintu.
BACA JUGA: Pemerintah Enggan Angkat Honorer K2 Jadi PNS, Ini Alasannya...
Suara derit daun pintu yang bergesekan dengan lantai pun terdengar samar.
"Sreeeekkk..."
Kaki saya pun melangkah perlahan dan segera memeriksa seluruh ruangan.
Ternyata kamar yang akan saya tempati berukuran superduper besar. Ada dua kamar, ruang tamu, dapur dan toilet.
BACA JUGA: Tak Menggubris Pidato Kapolri, Begini Nasib Kapolres Ini...
"Ini sih bukan kamar hotel tapi apartement," saya bergumam dalam hati.
Setelah membereskan semuanya, saya pun mengikuti sejumlah acara yang masih berada di lingkungan hotel hingga malam hari.
Saya tidak tinggal sendirian di kamar yang besar itu, melainkan bersama teman saya dari kota Bandung.
BACA JUGA: Mbak Titiek Puji Prabowo Setinggi Langit: Badannya Merah Putih...
Usai acara kami pun kembali ke kamar masing-masing.
Namun ditengah perjalanan saya merasa ada yang mengikuti. Anehnya teman saya yang berjalan di sebelah saya tidak merasakan apa-apa.
Setelah keluar lift, saya disambut suasana Lorong yang gelap remang-remang dan sepi.
Mendekati kamar, saya mendengar suara serak nyaring burung gagak di atas kepala saya.
BACA JUGA: Misteri Gunung Merapi: Pasar Setan di Puncak, Hingga Awan Petruk
Kami pun terkejut, saya berusaha meredam detak jantung yang berdebar sangat cepat dan tidak beraturan. Tangan saya gemetar saat membuka gagang pintu kamar.
"Kamu nggak apa-apa?” tanya Asri sambil menepuk pundak saya. Anehnya dia terlihat biasa saja dan seolah tidak merasakan apapun.
Saya menjawab pertanyaan Asri dengan menggelengkan kepala.
BACA JUGA: Meski Sudah Menikah, Ini 3 Alasan Pria Suka Melirik Wanita
Entahlah, kenapa suasana menjadi tiba-tiba menegangkan dan sunyi padahal hotel ini harusnya ramai karena sedang ada acara besar.
Asri sudah bersiap untuk tidur, sementara saya masih terjaga di sebelah dia yang mulai terlelap.
Setelah saya ingin menyusul tidur, saya mendengar suara mendengkur. Mata saya yang sudah mulai mengatup pun kembali terbuka.
BACA JUGA: Please... Pak Menteri Angkat Honorer K2, Insyaallah Berkah
Saya berpikir Asri yang mendengkur. Tetapi, setelah saya lihat rupanya bukan.
Ternyata, suara itu terdengar di balik pintu yang menghubungkan balkon dengan kamar.
Dengan rasa penasaran saya turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah balkon. Tangan saya sudah bersiap membuka tirai putih yang menutupi pintu kaca tersebut.
BACA JUGA: Prabowo Jadi Pembantu Presiden, Begini Kata Tommy Soeharto...
Perlahan saya mulai membuka sembari terdengar kencang suara dengkuran tersebut.
Jantung saya berdetak kencang seiring membuka tirai dan tiba-tiba.
"BRAAAAAKKKKKKK!!!!"
Saya terperanjat, berbalik badan mendengar suara benda jatuh dari luar kamar.
Saya pun lari ke kasur dan mencoba membenamkan kepala di bawah bantal.
Sial, bukannya saya jadi tertidur malah mendengar suara serak nyaring gagak di depan pintu yang amat berisik.
"Selamat pagi, ayo mandi!" sapa Asri yang sudah terlihat segar keluar dari kamar mandi, wajahnya sumringah penuh dengan harapan.
Tak lama kemudian saya turun dari kasur dan pergi ke pantry di luar kamar.
Saya menyeduh secangkir teh panas sebelum turun ke resto untuk sarapan.
Tangan kanan saya memengang secangkir teh, sedangkan yang jempol kiri saya naik turun memainkan layar ponsel.
Tiba-tiba ponsel berdering, panggilan dari Asri.
"Tolong dong bawakan laptop saya ya kalau kamu turun ke resto, saya harus kirim berita, kamu nggak lama turun kan?" sambar Asri dari seberang telepon.
Saya belum sempat berkata apa-apa dan tiba-tiba teringat sesuatu.
"Ngaco lu, kapan lu turun ke resto? bukannya baru saja lu keluar dari kamar mandi dan bangunin gue?”
"Lu tuh yang ngaco, ini udah jam berapa? Udah siang, gue udah dari pagi di resto, lu sih susah banget dibangunin," sahut Asri.
Perlahan saya menuju ke kamar dan tidak menemukan siapa-siapa di dalam.
Bahkan saya pun memeriksa kamar mandi dan tidak ada siapa-siapa, sementara itu saya melihat lantai kamar mandi terlihat kering.
"Siapa yang bangunin gue?" tanya saya dalam hati.
Saya pun bergegas angkat koper dari kamar tanpa membasuh wajah sedikitpun.
"Ssseeeraaammm..." (GenPI.co)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News