GenPI.co - Sejumlah perempuan inspiratif menggelar acara bertajuk Perempuan Berkarya: Lintas Generasi dan Budaya untuk memperingati Hari Kartini 2025 di Warung Turki Shisha Lounge, Jakarta, Sabtu (26/4).
Mereka di antaranya ialah Maya Miranda Ambarsari yang merupakan pemilik Rumah Belajar Miranda, Yanti Subianto (pemilik Warung Turki), Liesna Subianto (desainer Kebaya Jeng Sri), perkumpulan Srikandi Mixed Marriages, dan Chairwoman Srikandi Ani Natalia.
Selain itu, tiga perempuan muda inspiratif, yakni Ketua Harian Yayasan Inklusi Pelita Bangsa Cahaya Manthovani, model Karina Alya Manthovani, dan ilustrator Nadira Parsa Manthovani, juga ambil bagian dalam Perempuan Berkarya: Lintas Generasi dan Budaya.
Maya Miranda Ambarsari menekankan arti penting solidaritas dan kolaborasi dalam komunitas perempuan lintas generasi dan budaya.
Dia meyakini inovasi, kreativitas, dan dampak sosial yang luar biasa akan lahir ketika perempuan dari berbagai generasi dan latar belakang bersatu,.
“Melalui karya-karya ini, kami membawa semangat Kartini untuk terus relevan pada masa kini," ungkap Maya, Sabtu (26/4/2025)
Ketua Perkumpulan Srikandi Mixed Marriages Ani Natalia juga menekankan arti penting sinergi lintas generasi untuk membangun masyarakat inklusif sebagai refleksi semangat perempuan masa kini.
“Ini bukan sekadar perayaan Hari Kartini, melainkan perwujudan semangat Kartini masa kini, perempuan yang berkarya, berkolaborasi, dan berbagi," tutur Ani Natalia,
Cahaya Manthovani mengatakan kreativitas adalah kekuatan untuk peduli dan berkontribusi.
Dia mendorong generasi muda melihat karya sebagai bentuk tanggung jawab sosial yang bisa membawa perubahan positif bagi bangsa.
Cahaya Manthovani pun mengajak para perempuan masa kini lebih berani menunjukkan kreativitas.
"Kita juga harus bangga dengan budaya kita sendiri, punya pride tersendiri, sehingga otomatis budaya kita juga ikut terpromosikan. Terus berkarya, terus upgrade diri sendiri," tutur Direktur Eksekutif PT Bumi Serang Asri itu.
Sementara itu, Yanti Subianto merasa sangat antusias karena acara diselenggarakan di Warung Turki.
“Ini menjadi simbol bahwa kolaborasi yang terjalin benar-benar melintasi batas negara, bukan hanya lintas generasi dan budaya," ujar Yanti.
Salah satu sorotan utama pada Perempuan Berkarya: Lintas Generasi dan Budaya ialah fashion show kolaboratif antara desainer Liesna Subianto dan Nadira Parsa Manthovani (Nara).
Nara, sapaan karib Nadira, menampilkan tujuh karakter perempuan dari budaya Betawi, Jawa, Bali, Sumatera Barat, Dayak, Tionghoa, dan Papua.
Dia menampikannya dalam bentuk ilustrasi patchwork yang kemudian diaplikasikan Liesna ke dalam desain kebaya modern.
"Ilustrasi saya terinspirasi dari keragaman budaya Indonesia. Aku ingin generasi muda lebih bangga dengan budaya sendiri, bukan hanya terpesona budaya luar," tutur Nara.
Setiap koleksi menggunakan bahan katun, lukisan tangan akrilik bertema bunga, serta perpaduan kain tradisional, seperti Batik Cirebon, Jawa, Jambi, hingga Bali.
Desain itu menciptakan interpretasi segar terhadap kebaya klasik, yakni modern, dinamis, dan berjiwa muda.
Liesna Subianto mengatakan kolaborasi itu bertujuan mendekatkan generasi muda dengan kekayaan budaya nusantara.
"Saya ingin generasi muda merasa bahwa budaya tradisional bisa dihidupkan kembali dengan gaya yang lebih ringan, lebih bebas, tetapi tetap bermakna," ujar dosen desain di ESMOD Jakarta itu. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News