GenPI.co - Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid mengatakan para perempuan mempunyai tantangan besar meningkatkan partisipasi di ruang publik, khususnya dalam penanggulangan terorisme.
Menurut dia, perempuan yang rentan terpapar ideologi radikal terorisme disebabkan beberapa hal.
Pertama, secara fisik dan fisiologis, perempuan memiliki peran sebagai ibu yang membesarkan anak.
Perempuan cenderung memiliki ikatan emosional yang kuat sehingga mudah dieksploitasi ideologi-ideologi ekstrem yang menekankan loyalitas dan militansi.
“Ketika perempuan sudah yakin dengan ideologi ini, mereka bisa lebih militan dibandingkan laki-laki,” ujar Alissa, Selasa (22/4).
Dia menjelaskan masih ada budaya atau tradisi yang menganggap perempuan tidak mampu mengambil keputusan rasional.
Menurut Alissa perempuan yang diberikan ruang berkembang, memimpin, dan mengambil keputusan akan bisa menjadi pribadi rasional dan bermanfaat untuk keluarga dan lingkungan.
Misalnya, sisi loyalitas dan naluri mengasuh perempuan dikembangkan dan diarahkan untuk hal yang positif, seperti mencintai Pancasila, bela negara dan wawasan kebangsaan.
“Kita perlu mendorong perempuan berperan aktif dalam penanggulangan terorisme, baik melalui pemahaman ideologi yang lebih moderat maupun dengan memperkuat nasionalisme,” tutur Alissa.
Alissa menekankan perlunya kembali membumikan semangat RA Kartini. Menurutnya, perempuan harus berdaya, terus mengasah diri, dan beradaptasi dengan kemajuan zaman.
Alissa berpendapat hambatan perempuan untuk berkembang muncul dari dalam diri sendiri.
“Tantangannya ialah kesiapan mental dan psikis perempuan itu sendiri,” ujar dia.
Oleh karena itu, Alissa meminta pemerintah memberikan fasilitas yang lebih nyata bagi perempuan.
“Pemerintah harus mendorong perempuan untuk lebih percaya diri dan terlibat dalam ruang publik,” kata Alissa. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News