GenPI.co - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir melarang seluruh perguruan tinggi Muhammadiyah dan 'Aisyiyah (PTMA) memberikan gelar profesor kehormatan kepada siapa pun.
"Pesan kami dari PP Muhammadiyah, PTMA jangan ikut-ikutan kasih gelar profesor kehormatan karena profesor itu melekat dengan profesi dan institusinya, karena itu jabatan," kata dia, dikutip Sabtu (12/4).
Meski belum ada surat keputusan tentang ini, Haedar berharap pesan ini sebagai perintah Ketua Umum PP Muhammadiyah demi marwah dan kekuatan PTMA.
Haedar menyebut saat ini seluruh PTMA telah memiliki 431 profesor.
"Dengan bertambahnya guru besar, harus berdampak signifikan bagi kualitas keunggulan dan peran strategis perguruan tinggi Muhammadiyah dan 'Aisyiyah," ungkap dia.
Menurut dia, sudah ada 20 PTMA yang memiliki fakultas kedokteran.
Selain itu, 14 PTMA di antaranya terakreditasi unggul.
Hal ini karena perguruan tinggi di luar Jawa masih diperbolehkan mempunyai fakultas kedokteran tanpa harus terakreditasi unggul.
"Taruhlah nanti sampai 20 yang akreditasinya unggul. Nah, keunggulan standar dari institusi harus berbanding lurus dengan keunggulan kualitatif dalam peningkatan catur dharma perguruan tinggi sekaligus peran dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan bangsa untuk membangun peradaban," ungkap dia.
Di sisi lain, bukan hanya PTMA, perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia pun dalam peringkat universitas dunia masih jauh.
Saat ini belum ada perguruan tinggi di Indonesia yang masuk dalam daftar 200 peringkat universitas dunia.
"Universitas Indonesia itu di (peringkat) 206, selebihnya ada yang 400, 300, 500, dan di bawah 1.000, PTMA di 1.200-an. Malaysia ada tiga yang masuk 200 rangking dunia, Universiti Malaya di 65, kemudian Universiti Putra Malaysia di 158, dan Universiti Kebangsaan Malaysia di 159, Singapura jelas masuk," jelas dia.(ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News