Kiai Satori: Syawal Momentum Perkuat Silaturahmi

11 April 2025 21:20

GenPI.co - Ketua Dewan Syuro Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) KH Achmad Satori Ismail menilai syawalan yang marak selama Lebaran menjadi bukti keberagaman masyarakat Indonesia saat merayakan Idulfitri.

“Inilah bentuk keberagaman identitas bangsa Indonesia yang patut dijaga dan disyukuri,” ujar Kiai Satori di Jakarta, Jumat (11/4). 

Kiai Satori juga tidak mempermasalahkan umat Islam yang merayakan syawalan di berbagai daerah.

BACA JUGA:  Lebaran 2025 Tanpa Anak, Paula Verhoeven Berusaha Tegar

“Selama hal tersebut dapat bermanfaat, tidak mengandung unsur kesyirikan  takhayul, secara agama itu diperbolehkan,” ujar Kiai Satori.

Kiai Satori juga tidak mempermasalahkan pembagian makanan yang dilakukan masyarakat saat syawalan.

BACA JUGA:  Beli Tiket Bus di Easybook.com, Solusi Murah saat Arus Balik Lebaran 2025

“Syawal di mana ada orang bagi-bagi makanan dan segala macam dengan tujuan, selama tidak mengandung kesyirikan, insyaallah itu dibolehkan,” imbuh Kiai Satori. 

Satori mengungkapkan tradisi mendoakan orang yang sudah meninggal, berziarah, mengundang orang lain silaturahmi, dan berdoa bersama adalah bentuk keindahan yang harus dijaga dan dihormati.

BACA JUGA:  Cerita Ira Siedhranata Berbagi Kebahagiaan selama Lebaran 2025

“Selama tujuannya bukan untuk mengagungkan mayit atau untuk menyembah yang lain, tetapi sebagai sarana kebersamaan untuk makan bersama, bisa membawa berkat ke rumah, itu adalah sesuatu yang sebenarnya indah,” kata Satori. 

Penulis buku Merajut Tali Temali Ukhuwwah itu berharap Syawal bisa diinternalisasi untuk menyempurnakan ibadah-ibadah yang sudah dilakukan secara konsisten selama Ramadan.

Kiai Satori menambahkan muslim sejatinya memiliki keikhlasan saling memaafkan maupun kelapangan dada dalam memahami perbedaan.

Dia menilai Syawal adalah momen yang tepat untuk introspeksi, membersihkan hati dari segala benci, perselisihan, maupun perbedaan.

Menurutnya, hal itu adalah bentuk aktualisasi selama Ramadan dengan saling menghormati dam menjaga kepedulian terhadap sesama. 

“Dengan demikian, kita kembali ke fitrah, bersih, dalam artian jiwa dan jasmani kita bersih,” ucap Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu. (*)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co