GenPI.co - Mantan Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Denny Sanusi mengatakan penetapan hari libur saat Imlek menjadi bukti kebinekaan yang makin terjaga di Indonesia.
“Berkah perayaan Imlek bisa dirasakan seluruh etnis Tionghoa dengan makin berkurangnya sentimen negatif yang biasanya diembuskan seiring dengan ajang politik tertentu,” ujar Denny, Rabu (29/1).
Denny mengatakan Imlek juga menjadi momen bagi warga Tionghoa untuk menunjukkan pentas budaya.
Hal itu sangat penting karena kesan warga Tionghoa menutup diri akan makin sirna.
Denny juga mengapresiasi keputusan pemerintah yang menetapkan Konghucu sebagai agama keenam di Indonesia.
“Hal ini tentu sangat berarti bagi kami karena mayoritas warga Tionghoa beragama Konghucu sehingga semua yang dulu dianggap tabu di masyarakat Indonesia sudah diakui negara dengan keluarnya kebijakan ini,” ungkap Denny.
Denny juga mengapresiasi warga non-Tionghoa yang turut merayakan Imlek setiap tahun.
Menurutnya, pertukaran kebudayaan itu bisa makin mempererat tali silaturahmi antargolongan masyarakat.
“Saat ini sudah makin sering dijumpai bahwa permainan barongsai dan liong tidak hanya dimainkan oleh orang Tionghoa saja, tetapi saudara-saudara kita dari etnis lain juga sudah banyak yang mempelajari dan memainkannya,” kata Denny.
Denny menjelaskan Imlek juga identik dengan berbagai kuliner khas Tiongkok yang bisa dinikmati siapa pun.
“Momentum Imlek juga dikenal dengan ragam kulinernya yang juga bisa dibagikan kepada tetangga atau teman yang beragama Islam, seperti dodol atau kue keranjang,” terang Denny.
Denny berharap perayaan Imlek bisa menjadi kesempatan bagi warga Tionghoa untuk membuka diri dan berbaur dengan masyarakat luas.
“Saya optimistis terhadap generasi muda Tionghoa yang makin terbuka dan berwawasan luas sehingga mampu lebih dewasa dalam menyikapi perbedaan di masyarakat,” kata Denny. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News