GenPI.co - Wakil Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Habib Nabiel Almusawa merasa prihatin karena akidah ahlussunnah wal jamaah (aswaja) di Indonesia tercoreng.
Menurut Habib Nabiel, aswaja merupakan ajaran yang lembut dan tidak mudah mengafirkan orang lain.
“Ahlussunnah wal jamaah merupakan nilai moral, akhlak Nabi Muhammad yang patut dicontoh umatnya untuk menebar kebaikan, kasih sayang antarsesama, sebagaimana Nabi Muhammad diutus untuk menjadi rahmat bagi semesta alam,” kata Habib Nabiel, Kamis (16/1).
Habib Nabiel menilai tindakan mengafirkan ataupun membidahkan orang lain merupakan gejala takfiri.
Dewan Syuro Majelis Rasulullah SAW itu mengatakan empat mazab di Indonesia juga menganut aswaja.
Habib Nabiel mengatakan aswaja yang lekat dengan Indonesia adalah karakter yang moderat.
Menurut dia, aswaja di Indonesia bisa beradaptasi. Di sisi lain, sikap menghakimi ataupun menyalahkan tidak pas karena bisa menimbulkan konflik.
“Kalau yang model Salafi Wahabi, kan, apa-apa dia saklek. Ini bidah, ini kufur. Ziarah, misalnya,” kata Habib Nabiel.
Habib Nabiel mengatakan perbedaan ikhtilaf dalam masalah fiqih tidak bisa dihukum sesat dan masuk neraka.
Menurut Habib Nabiel, sikap saling menghormati sangat penting di tengah perbedaan.
“Punya dalil nggak apa-apa, tetapi saling menghormati. Enggak boleh mau vonis itu kafir, itu syirik,” ujar Habib Nabiel.
Habib Nabiel pun menyerukan untuk mengembalikan nilai moral dan akhlak aswaja.
“Toleransi ini merupakan bagian dari ajaran aswaja yang harus kita tegakkan di tengah masyarakat yang makin plural,” tegas Habib Nabiel. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News